Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Menanamkan Identitas Seksual Anak Berkaca dari Film 'Fifty Shades of Grey'

Diperbarui: 21 Februari 2016   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto pribadi dan editan: https://en.wikipedia.org/wiki/Fifty_Shades_of_Grey_%28film%29"][/caption]

Masalah identitas seksual anak menjadi penting karena berbagai kejadian akhir-akhir ini yang menjadi 'trending topic' di media sosial yang melibatkan berbagai isu orientasi seksual.

Kita menjadi bingung bagaimana masalah 'kopi sianida' menjadi lebih heboh dan lama dibahas daripada 'teroris Sarinah' yang terjadi berdekatan waktu, karena ada isu LGBT disana. Belum lagi tuduhan pelecehan seksual oleh IB dan SJ oleh para pelapornya sesama jenis yang usianya lebih muda. Berlanjut dengan pemutusan kontrak 'Nike' pada petinju hebat Filipina Manny Pacquiao yang menyatakan homoseksual lebih buruk dari hewan. Ini menandakan isu LGBT adalah isu yang sudah 'global' dan dianggap serius.

Di satu sisi, menilai LGBT sebagai sebuah 'dosa' berpotensi dimusuhi secara sosial media dan dianggap tidak humanis. Di sisi lain, sebagai orang tua dengan 3 anak laki-laki yang belum puber, saya harus bersikap kalau mereka bertanya tentang identitas seksualnya dan identitas seksual yang diberitakan di media cetak atau televisi.

Berkaca dari film 'Fifty Shades of Grey' yang diangkat dari novel berjudul sama karya E.L. James (Inggris, 2011) yang ditayangkan perdana 13 Pebruari 2015, maka dikisahkan si tokoh pengusaha sukses yang masih 27 tahun, Christian Grey (diperankan Jamie Dornan) membuat kesepakatan dengan seorang gadis yang masih perawan, seorang mahasiswi akhir sebuah akademi bernama Anastasia Steele (diperankan Dakota Johnson), untuk menjadi kekasih sekaligus 'budak seksnya' karena Grey menyukai seks dengan penyiksaan (sadomasokisme).

Si gadis yang ternyata jatuh cinta dengan Grey, akhirnya juga mulai menyukai seks dengan disiksa lebih dahulu dan sesekali si Grey juga bisa bercinta dengan si mahasiswi tanpa didahului penyiksaan.

Yang menjadi bahan pertimbangan sebagai orang tua adalah, Grey menjadi suka sadomasokisme, karena selama 6 tahun pernah jadi budak seks teman ibunya sejak remaja. Dimana dia diajari seks oleh teman wanita ibunya yang sering ke rumahnya, dengan terlebih dahulu main siksa-siksaan.

"Kamu bisa minta berhenti disiksa kalau tidak tahan lagi", begitu salah satu ucapan Grey yang dituangkan dalam perjanjian 'budak seks' pada Anastasia yang dibuatnya seolah-olah perjanjian kerja sama antar dua perusahaan.Si gadis pun dapat uang dan mobil, lambat launpun mulai suka disiksa dahulu sebelum 'making love' yang normal.

Film yang disutradarai Sam Taylor-Johnson dan diproduksi Universal Pictures ini pun ternyata selaris novelnya dan itu seolah-olah dipertanyakan, apakah sadomasokisme pun nanti akan dianggap atau setidaknya ingin dianggap penyimpangan seks yang wajar juga? Hak azasi juga?

Saya tidak tahu, tetapi sebagai ayah dari 3 anak laki-laki yang belum puber saya akan mengajarkan anak-anak saya begini:

1. Kamu laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline