Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Dokter yang Melayani BPJS Dilarang "Jeruk Makan Jeruk"

Diperbarui: 19 Februari 2016   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - dokter rujukan (Shutterstock)"][/caption]"Wah, saya kok dianggap 'fraud'?" Protes seorang dokter yang merujuk pasien BPJS di rumah sakit kami ke rumah sakit yang lebih tinggi tipenya untuk pemeriksaan dan obat-obat yang lebih "canggih" dari rumah sakit tipe C. Masalahnya di rumah sakit tersebut si dokter itu juga yang melayani dan selalu dipesankan ke perawat sana supaya jangan dialihkan ke dokter lain.

"Iya, Dok. Kalau dokter merujuk pasien ke rumah sakit sana dan selalu dokter lagi yang menangani, atau misalnya saya selalu merujuk ke sana dan selalu dokter juga yang menangani, maka bisa dianggap ada 'permainan' antara si dokter di dua rumah sakit berbeda atau 'permainan' antara dua dokter di dua rumah sakit yang berbeda," jawab saya.

"Jadi bagaimana ini?" tanyanya penasaran, masalahnya dua tahunan BPJS berjalan baru ada kabar 'fraud' atau curang rujuk merujuk pasien yang selalu ditujukan ke dokter yang sama oleh dokter yang sama ini baru diungkap tahun ini.

"Diberi peringatan dahulu, Dok. Tetapi kalau masih dilakukan, bisa-bisa tidak dibayar," jawab saya.

Saya memberikan contoh ada di rumah sakit lain dokter A selalu merujuk pasien untuk pemeriksaan yang mahal tertentu di rumah sakit yang lebih tinggi, selalu diarahkan ke poliklinik jadwal dia sendiri, jadi dalam sebulan ada 10 rujukan selalu 10-nya 'ditangkap' si dokter A, maka tahun ini semua pelayanannya itu dianggap 'fraud' dan tidak dibayarkan.

"Wah, harus sosialisasi dahulu dong. Jangan langsung-langsung tidak bayar begitu," si dokter pun kesal.

"Ya, malah kalau dicurigai ada indikasi kuat merugikan BPJS, karena rujukan yang sebenarnya tidak perlu, bisa diaudit dan dilanjutkan ke pemeriksaan yang lebih serius," kata saya lagi.

Mendengar kata-kata "audit", si teman sejawat pun mulai agak ngeri dan akhirnya berjanji tidak merujuk "jeruk makan jeruk" lagi.

Nah, memang sejak 2016 ini BPJS Kesehatan mulai mengevaluasi adanya indikasi rujukan yang sebenarnya tidak perlu. Pasien diarahkan ke rumah sakit lebih tinggi karena di rumah sakit itu si dokter tersebut praktek juga dan banyak pemeriksaan canggih yang operatornya si dokter itu juga.

Apakah salah? Sebenarnya tidak salah kalau memang rujukan itu benar-benar perlu dan yang "menangkap" rujukan di rumah sakit lebih tinggi dokternya acak, tidak hanya satu dokter. Tetapi kalau sebaliknya, maka akan "terdeteksi" pihak BPJS.

Di sisi pasien pun harus tahu bahwa tidak seenaknya minta dirujuk ke rumah sakit lain karena biasa dirawat oleh dokter tertentu, kecuali ada indikasi kuat, yaitu:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline