Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

Saya Tetap Mau Praktek! Jangan Dibatasi!

Diperbarui: 8 Januari 2016   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seorang teman saya yang menjadi direktur di sebuah rumah sakit kebingungan, karena seorang dokter yang biasanya operasi, baru sembuh dari penyakit 'stroke', usianya sudah 60-an dan sepertinya kelemahan tangan dan kakinya sudah permanen, masih tetap ingin praktek seperti biasa dengan jumlah pasien yang tidak mau dibatasi.

"Pokoknya, kalau pasiennya mencari saya, saya layani."Begitulah kira-kira ucapannya dengan masih bersemangat.

Lalu saya anjurkan dia minta si dokter diperiksa oleh dokter syaraf di rumah sakit lain yang senior (kebetulan dokter syaraf di rumah sakit teman saya masih muda dan segan dengan si dokter yang 'stroke' tadi) dengan minta rekomendasi kesehatannya dan memang hasilnya si dokter yang baru 'stroke' tadi dinyatakan mengalami gangguan aktifitas motorik untuk operasi, bahkan untuk pemeriksaan pasien di poliklinik pun disarankan dibatasi.

Dengan rekomendasi itu, si direktur dan komite medisnya membuat rapat yang membuat batasan-batasan apa saja yang boleh dikerjakan oleh si dokter yang baru 'stroke' dan suka atau tidak suka, si dokter prakteknya mulai dibatasi sesuai kemampuan fisiknya.

Teman di rumah sakit lain juga pernah bercerita, ada rekannya satu rumah sakit, tiba-tiba menangis tersedu-sedu saat bertanya jawab dengan pasien, selidik punya selidik, dia sedang depresi berat akibat persoalan rumah tangganya dan tetap memaksakan praktek. Akhirnya, mungkin ada satu atau dua kata dari pasien yang memancing kesedihannya, dia tak kuasa menahan tangis.

Nah, memang setiap dokter harus tetap diperiksa kompetensinya secara periodik, dinamakan proses re-kredensial. Yang dinilai kesehatan jasmani dan rohani, serta kemampuannya di bidang profesi apakah ada peningkatan, tetap atau malah kemunduran.

Misalnya dokter baru mengalami 'stroke', lengannya lemas sebelah dan kakinya juga, tetapi dia adalah dokter radiologi yang perlu memakai mata untuk menilai hasil ronsen, CT scan dan hanya menggerak-gerakan alat sedikit kalau melakukan USG (ultrasonografi), maka tidak menjadi masalah, selama si dokter kuat membaca pemeriksaan sebanyak yang biasa.

Tetapi kalau dokter yang perlu operasi, tapi tangannya lemah, itu tidak boleh dilakukan.

Atau bila satu tahun ada dokter tertentu selalu meninggal pasiennya untuk kasus tertentu, maka dia dapat dilarang menangani kasus-kasus serupa di tahun berikutnya.

Dokter-dokter yang terlihat depresi atau bisa saja terlihat senyum-senyum sendiri, mungkin saja harus dilakukan psikotest ulang.

Kesulitan di lingkup kedokteran adalah 'sumpah Hipocrates' yang membuat dokter 'segan' dengan seniornya, sehingga tidak sanggup membatasi mereka praktek, walaupun terbukti ada kelemahan dan berkurangnya kompetensi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline