[caption id="attachment_316176" align="aligncenter" width="619" caption="Mata ikan "][/caption]
"Kalau 'mata ikan' itu yang ngobatinnya dokter apa Pos?"Tanya Mir teman sekolahku via blackberry massenger, anaknya yang berusia 7 tahun Mit* mengeluh nyeri di tumit kaki kanannya akibat clavus yang bahasa awamnya 'mata ikan' membuat jalannya berjinjit dan nyeri sekali.
"Bisa ke dokter kulit kalau mau 'dikupas' pelan-pelan dengan obat 'peluntur', tetapi bisa juga ke dokter bedah kalau mau langsung dipotong."Balasku.
Nah, setelah ditanya dengan si anak, maka si kecil maunya itu 'mata ikan' cepat hilang dan mereka pun ke dokter bedah umum.
"Nah, disaranin oleh dokternya supaya Mit* dibius total saja, karena nanti jadi trauma dan dokternya sudah mengerjakannya sampai bersih, karena takutnya menular ke bagian kulit lainnya karena mungkin saja penyebabnya virus loma-loma gitu." Lapor si mama ketika kemarin di 'harpitnas' 14 Januari saya bertemu bersama keluarganya di sekitaran Blok M.
"Human papilloma virus, itu salah satu kemungkinan penyebabnya, mungkin masuk ke kulit karena tidak pakai sendal dan ada luka kecil di kulit saat berjalan di tanah. Tetapi bisa juga karena gesekan dan tekanan berlebihan di posisi itu akibat pemilihan sepatu dan sandal yang salah."Kataku.
"Tahu gak biaya operasinya berapa?"Tanya dia.
[caption id="attachment_316185" align="aligncenter" width="620" caption="Mata ikan dan akarnya yang sudah diangkat (dokumentasi Mir)"]
[/caption]
"Tiga juta?"Tanyaku penasaran.
"Emangnya di Palembang. Tujuh juta 'bok'. Padahal papanya bilang waktu kecil dulu ada 'mata ikan' di kaki dia cungkil sendiri pakai gunting."Katanya sambil bergidik.
"Lah iyalah, jaman dahulu dokter bedah sedikit dan anak-anak pada berani-berani menahan sakit. Kalau sekarang jaman sayang anak, bisa dianggap penganiayaan kalau buang mata ikan dicungkil sendiri pakai pisau atau gunting."