Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

2014: Antara Politik 'Topless' dan Politik Kutang

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik 'topless' adalah politik yang terbuka, mengumbar pesona bak wanita tanpa 'bra' menjadi menarik dan merangsang rasa ingin memiliki dan ingin dekat di awal-awalnya, namun lama kelamaan jadi mebosankan.

Misalnya di sebuah pantai semua wanitanya 'topless'. Apakah akan menarik lagi?

Awalnya sih iya, tetapi setelah wanita-wanita muda 'sexy' dengan buah dada yang indah habis terekam di mata, mulailah kita sadari ada wanita yang tidak lagi muda dengan buah dada yang sudah kendur atau wanita dengan buah dada rata atau malah laki-laki di pantai itu yang buah dadanya lebih indah dari wanita disekitarnya.

Bingungkan?

Demikianlah partai-partai yang memilih pola politik 'topless', akan sangat kehilangan 'penggemar' kalau terlalu cepat buka branya dan saat pemilu para pemilih sudah mulai bosan dengan buah dada indah dan mulai mengkritisi buah dada kendur dan rata yang terlihat sama 'topless-nya'.

Beda partai yang memilih bikin penasaran dengan kutang-kutangnya. Buah dada mungkin tidak terlalu indah, rata atau kendur, tetapi selama ditutupi kutang yang 'sensasional' yang pas mengangkat posisi buah dadanya, maka akan tetap banyak yang penasaran.

Pemilih jadi tertarik mendekati karena penasaran kapan itu kutang mau dilepas dan kalau 'timingnya' tepat, mereka akan tetap memilih menunggu dan mengamati kutang-kutang itu dibandingkan melihat adegan 'topless' di pantai.

Namun adakalanya kalau terlalu lama menunggu, memandangi kutang menjadi membosankan juga dan akhirnya pemilih pergi ke pantai atau malah pulang ke rumah dan memilih tidur dalam mimpi indah tanpa melihat kutang atau adegan 'topless' sekalian, ini namanya golput.

Jadi, baik partai berpolitik 'topless' maupun partai memilih politik kutang sangat tergantung pada 'intuisi' memilih waktu yang tepat mengumbar 'topless' dan kutang-kutangnya sedemikian, sehingga di 9 April orang sedang nafsu-nafsunya dengan mereka dan jangan malah saat hari 'H' tersebut kondisi sudah jenuh dan membosankan.

Masih mending kalau mereka memilih partai lain, kalau semuanya jenuh dan memilih tidur di rumah? Akan dibawa kemana 'topless-topless' dan kutang-kutang yang berceceran dimana-mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline