Lihat ke Halaman Asli

Posma Siahaan

TERVERIFIKASI

Science and art

'Parhobas': Relawan yang Selalu Ada di Acara Adat Batak

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1331568056103928827

[caption id="attachment_176088" align="aligncenter" width="259" caption="from google"][/caption]

Di sebuah pesta perkawinan adat Batak antara marga X dan Y, tampaklah rombongan 'hula-hula' (pihak saudara laki-laki yang semarga dengan istri) memasuki areal pesta. Biasanya diiringi dengan musik gondang (perkusi khas Batak) pihak yang berpesta menyambut rombongan hula-hulanya dengan tarian tortor sambil berjalan mundur dan pihak hula-hula maju kedepan sambil tangannya diangkat seolah-olah memberikan berkat.

Rombongan hula-hula bagian depan adalah yang laki-lakinya semarga ibu mempelai, sedangkan bagian belakangnya adalah rombongan yang wanitanya semarga ibu mempelai (disebut boru). Rombongan inilah yang disebut para 'parhobas', mereka biasanya membawa beras 5 sampai 10 kilogram dalam sebuah wadah bernama 'tandok' yang terbuat dari anyaman sejenis rumput-rumputan.

Setelah sampai di panggung, maka kedua keluarga bersalaman dan 'tandok' dari 'parhobas' hula-hula diserahkan pada para 'parhobas' di sisi lain (pihak boru dari ayah si mempelai).

Bingung? Wajar. Tetapi kalau ingin tahu budaya batak ya intinya ada tiga unsur:

1. 'Dongan tubu', yaitu para bapak yang semarga dengan bapak mempelai.

2. 'Hula-hula', yaitu para bapak yang semarga dengan ibu mempelai.

3. 'Boru', yaitu para ibu yang semarga dengan bapak mempelai. Inilah yang disebut parhobas.

Baik mempelai pria maupun mempelai wanita pasti memiliki unsur ini (dinamakan dalihan na tolu) dan masing-masing memiliki peran yang berbeda di adat batak yang saling melengkapi, walaupun sering dikeluhkan inilah yang membuat pesta adat Batak jadi lama.

Nah, para 'boru' menjadi relawan yang bertugas melayani (marhobas) segala keperluan pesta. Dari dekorasi, belanja, memasak, menyajikan makanan, membersihkan meja, mencuci piring, semua dilakukan.

Siapapun dia, kalau merasa 'boru' dan menghormati 'hula-hulanya' maka dia akan tidak malu-malu mengangkat piring, membagikan kopi, memunguti sampah di pesta adat batak. Itu tidak dianggap sebuah penghinaan, perpeloncoan atau pelecehan. Malah ada semacam kebanggaan melayani 'hula-hulanya' dan setengah berharap bila dia nanti melakukan hajatan yang sama di lain waktu, maka 'boru-borunya' pun akan melayani dia dengan sama ikhlasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline