(dokumentasi pribadi)
"Ya, jantung dan paru-parunya bagus. Bapak bisa dioperasi."Kataku pada bapak 50 tahunan yang akan dilakukan operasi pemasangan 'implant' untuk patah tulang tungkai bawahnya.
"Sebenarnya keluarga saya mau ke dukun urut tulang saja dok, jauh lebih murah. Tetapi karena saya terlalu kesakitan dibawa ke emergensi. Nah, oleh dokter bedah tulang diberi penjelasan kalau dikasih 'pen' (istilah awam untuk logam 'implant'), maka lebih cepat sembuh, lurus lagi dan berfungsi lagi."Katanya.
Apalagi yang patah tulang tungkai bawah yang terdiri dari 2 tulang panjang tibia dan fibula. Kalau tulang yang patah berkeping-keping itu diurut saja supaya menyatu dan dipasang papan penyanggah, maka mungkin bisa menyatu, tetapi tidak sesuai lagi dengan anatomis aslinya.
"Belum lagi rasa nyerinya dan infeksi yang mengikutinya. Pasti tidak bisa tertahan."Kataku.
Si bapak ini akhirnya dipasang besi 'stainless' karena harganya lebih murah. Ada 'implant' lain yang dari titanium, biasanya lebih mahal namun memang lebih mudah diterima tubuh dan jarang dihinggapi bakteri.
Apakah besi-besi ini perlu dilepaskan? Biasanya setelah 1 tahun dievaluasi apakah sudah terbentuk tulang panjangnya mendekati normal, terutama untuk anak-anak-remaja dan yang berpotensi benturan ulangan. Bagi anak-anak dan remaja adanya 'implant' ini mengganggu pertumbuhan tulang memanjang ke atas, sementara jika ada benturan atau trauma lain, maka tempat yang tidak ada implat akan lebih mudah patah, akibat kelenturan tulang-tulang di sekitarnya berkurang.
Tetapi bila 'implant' dipasang pada orang tua, tidak ada reaksi radang, apalagi memakai yang titanium, mungkin tidak perlu dibuka lagi 'pen'-nya.
Demikianlah sebuah kasus patah tulang berkeping-keping di tungkai bawah, pemilihan bahan 'implant', perawatan setelah operasi dan keputusan akankah 'implant' dilepas atau tidak harus benar-benar dikonsultasikan ke dokternya sampai puas. Karena salah memilih jenis-jenis tahapannya akan menentukan sekali kondisi pertulangan sampai ke masa tua.
Semoga bermanfaat!