Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Batas

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berdiri ku diatas padang rumput luas
Menatap birunya langit nan cerah
Dengan hempasan angin sepoi merasuk jiwa
Serta nyanyian burung berkicau merdu

Sejenak ku bersandar di bawah pohon rindang
Sambil melihat jauh kau disana
Menatap rindu wajahmu
Yang muncul dalam setiap hariku

Bau parfum mu merasuki jiwaku
Tutur katamu lembutkan hatiku
Mendengar canda tawamu
Indahnya duniaku . . .

Rasakan resahku tanpamu disisi
Tak mampu membendung gejolak hati
Yang senantiasa merindumu
Yang senantiasa menantimu

Seketika semua lamunan itu sirna
Kau tak pernah ada untukku
Derai air mata membasahi peluh hati
Pahitnya kau tak pernah nyata

Selama itu ku mencinta
Seketika itu kau tak mencinta
Kau tak pernah punya cinta untukku

Lihat aku...
Derai air mata sudah mengering
Dengarkan aku...
Tak ada canda tawa, hilang sudah
Rasakan aku..
dan tanpa batas aku merindukanmu . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline