Lihat ke Halaman Asli

Behaviorisme, Apakah Kita Robot?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"...Satu cabang ilmu kealaman yang eksperimental dan murni objektif. Tujuannya ialah untuk meramalkan dan mengontrol tingkah laku...Tampaknya sudah tiba saatnya, bahwa psikologi harus membuang semua referensi atau kaitan dengan kesadaran; dan tidak perlu memberdayakan diri sendiri dengan cara berpikir yang beranggapan bahwa objek pengamatannya ialah keadaan-keadaan mental"

Kalimat tersebut diungkapkan John B. Watson untuk merumuskan psikologi pada tahun 1913  dalam suatu karyanya yang kemudian muncul dalam Psychological Review. Dari Watson inilah aliran behaviorisme lahir.

Konsep behavioristik menolak konsep-konsep mentalistik dan introspeksi. Namun dengan meniadakan proses mental tersebut bukankah sama dengan membuat manusia menjadi mekanis? Hal ini berarti menyamakan manusia dengan fungsi-fungsi mekanis pada benda-benda mati buatan manusia. Pengabaian terhadap  keadaan mental yang membarengi suatu peristiwa berarti menurunkan derajat manusia yang notabene memiliki kehendak bebas. Dasar-dasar dari behaviorisme ini adalah karya-karya para psikolog binatang dimana sulit untuk mendeteksi proses mental yang terjadi di dalamnya. Mekanisasi perilaku manusia sama saja penghinaan terhadap martabat manusia mengingat dinamika aktif yang terjadi dalam diri manusia. Behaviorisme seakan ingin mengunkapkan bahwa perilaku manusia dapat dirumuskan dengan pasti. Bahwa anteseden tertentu akan menimbulkan perilaku tertentu, lantas dimanakah perbedaannya antara manusia dengan hewan atau bahkan dimanakah perbedaannya manusia dengan remote control yang bila ditekan suatu tombol tertentu akan menghasilkan suatu respon dengan pola yang sama.

Modifikasi perilaku manusia lebih baik berdasarkan pendekatan humanistik yang menempatkan manusia pada tataran yang seharusnya, ketika manusia dianggap sebagai manusia seutuhnya yang mampu diberdayakan dan memberdayakan diri.

Sleman, 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline