Lihat ke Halaman Asli

Poppy Yulia Firnanda Putri

Mahasiswi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Kekerasan dan Kesehatan Mental

Diperbarui: 9 Juni 2022   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh :

Poppy Yulia Firnanda Putri / 152111913010 / Mahasiswi Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga

Traumadepresicemas dan ketakutan identik dengan ciri seseorang yang terkena gangguan mental. Hal ini dapat diawali dengan adanya kekerasan terhadap seseorang (korban).

Mencermati banyaknya berita tentang kekerasan saat ini membuat saya merasa sangat miris. Mungkin bagi sebagian orang ini juga menjadi hal yang sama. Padahal hal ini sangat disayangkan karena dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental korban. Disisi lain banyak orang tidak mengetahui tentang dampak dari kekerasan terhadap seseorang yang menjadi korban. Di Indonesia untuk saat ini bisa dibilang memprihatinkan dengan prevalensi jumlah kasus kekerasan sebesar 8.085 kasus menurut kemenpppa 2022.

Mengenai kasus kekerasan, realitanya menyebabkan dampak bagi korban. Masalah kesehatan mental sekarang tak lagi dapat dianggap sebagai isu perifer dalam perancangan kebijakan kesehatan, namun faktanya adalah menjadi ancaman global yang harus dihadapi oleh masyarakat di Indonesia. Korban dari kekerasan dapat bermacam-macam, seperti kekerasan pada anak, perempuan, bahkan laki-laki. Namun, pada laki-laki jarang dijumpai dan lebih sedikit. Tak dipungkiri fenomena seperti itu hadir di negara kita. Tanpa disadari, yang menjadi pelaku di dalamnya merupakan orang terdekat dari korban, bahkan jarang sekali pelaku dari orang asing. Kekerasan sendiri bisa berupa kekerasan fisik, seksual, emosional, dll.

Pada anak, kekerasan sering diakibatkan oleh keluarga atau orang tuanya sendiri. Keluarga merupakan lingkungan yang berperan paling utama dalam proses tumbuh dan berkembang. Sebagai sistem sosial, keluarga berfungsi untuk melakukan sosialisasi nilai dan pengetahuan dalam proses belajar. Menurut saya, kekerasan yang terjadi pada anak sering kali disebabkan oleh adanya tekanan, orang tua mengalami stress maupun faktor lainnya. Perlu disadari, bahwa anak tidak dapat melawan orang tua, hal ini menyebabkan anak terdiam dan hanya menangis saat terjadinya kekerasan. Anak-anak juga dapat meniru serta mengingat kejadian yang pernah dialami, sehingga anak menjadi trauma akan hal-hal yang bersifat negatif.

Namun, saya juga pernah membaca dalam sebuah berita terdapat pula kekerasan seksual yang terjadi pada anak terutama pada anak perempuan, yang mana hal tersebut sangat disayangkan. Anak yang tidak tahu apapun dan menjadi korban dari nafsu seseorang, itu sangat merugikan sekali. Kekerasan seksual ini menjadi perhatian oleh masyarakat karena akibat yang ditimbulkan sangat besar bagi kesehatan. Menurut jurnal yang saya baca, hal ini dapat berdampak memiliki kecenderungan terjadi penurunan kualitas hidup (quality of life). Apa penyebabnya? Peningkatan ini dipengaruhi adanya budaya patriarki dan sikap permisif, serta perempuan rentan mengalaminya karena ada tata nilai di masyarakat yaitu posisi perempuan  sebagai subordinasi, marginalisasi, dikuasai, dan dieksploitasi.

Disisi lain, banyak juga kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan yang paling banyak ditemukan adalah seperti KDRT. Pelaku utama dari kekerasan ini merupakan suami dari korban. Faktor suami melakukan KDRT biasanya dipengaruhi oleh sosial ekonomi, tekanan, tuntutan, dll. Tidak hanya sedikit kasus yang terjadi akibat KDRT, kondisi ini sangat memprihatinkan apalagi jika saat melakukan kekerasan anak mengetahuinya, maka bukan hanya istri saja yang mengalami gangguan mental akibat kekerasan tersebut, namun anak juga akan mengalaminya. Lalu dampak yang terjadi pada perempuan ini seperti apa? Dari jurnal yang saya baca, kekerasan ini dapat menyebabkan dampak fatal seperti kematian dan upaya bunuh diri, selain itu berdampak pada non fatal juga seperti gangguan fisik dan reproduksi.

Secara umum dampak dari permasalahan diatas yaitu terjadinya gangguan kesehatan mental. Kesehatan mental ini dapat mempengaruhi pola pikir, trauma, ketakutan, cemas, menyendiri, dll.  Dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual tidak hanya pada individu (korban) melainkan juga berdampak pada keluarga dan masyarakat sekitar. Pada kekerasan seksual tidak semua korban mengalami dampak yang berlarut-larut dalam keadaan yang nestapa.

Peran dukungan sosial dan layanan akses pendampingan intensif bagi perempuan korban untuk proses pemulihan. Pada anak untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang dialaminya yaitu dengan melakukan komunikasi dan memperlihatkan hal-hal yang baik.   Menurut saya, seseorang yang telah mengalami kekerasan ini harus mendapatkan pemulihan untuk mengembalikan keadaan psikisnya. Selain itu, antara pelaku dan korban dapat menjaga hubungan yang baik kembali agar permasalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali.

Hari kesehatan mental sedunia selalu diperingati dilembaga-lembaga pendidikan formal. Di Universitas Airlangga sendiri untuk memperingati hari kesehatan mental dengan cara memasang poster tentang hari kesehatan mental di platform instagram baik di akun official UNAIR ataupun pada akun HIMA setiap prodi. Bahkan ada juga yang mengadakan lomba seperti lomba poster, photography, short movie ataupun mengadakan webinar yang dapat diikuti untuk umum. Sehingga dengan demikian semua orang dapat mengingat dan lebih mengetahui secara jelas mengenai pentingnya kesehatan mental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline