Lihat ke Halaman Asli

Popy Purwono

Staff PPIC

Yang Hilang Akan Berganti (Senandika)

Diperbarui: 24 Juni 2022   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dari IG @popitapurwono

Terpaan lembut anila kala senja membawa kenangan lama. Lembayung yang menggantung di langit bagaikan simpul kenangan yang saling terjalin. Sang surya yang beranjak menghilang di ufuk barat kala itu menjadi saksi terakhir kalinya kita berjumpa.

Hari itu adalah kali kedua kita bertemu. Menghabiskan hari berkeliling Kota Patria, dengan sepeda motor tua kesayanganmu. Kau perlihatkan kota tempatmu tumbuh. Namun, sepanjang jalan kau banyak diam membisu. Sesekali menjawab rikuh pertanyaan-pertanyaanku yang mencoba membangkitkan suasana. Aku merasa peran kita sedang terbalik, bukankah seharusnya aku yang tersipu malu?

Tiba saat sinar mentari mulai menguning, teriknya tak lagi menyengat kulit. Menandakan masanya kita harus berpisah. Diujung waktu kebersamaan, aku masih menantikan obrolan yang mungkin bisa tercipta. Ternyata semua hanya angan belaka, karena kau masih saja bungkam. Akupun jadi tak berani memulai kata.

Layaknya cahaya tersapu jelaga, imajinasi tentang kita pun ikut sirna. Ku kira setelah pertemuan hari itu kita selangkah lebih dekat. Apakah aku salah sudah menggantungkan harap?

Ketika hatiku luluh, kau tetiba dihinggapi ragu. Kau yang berawal menawarkan asmaraloka, tetapi kini kau pula yang melepas asa. Berkilah jika kita berbeda. Ah, aku jadi teringat jargon 'kau terlalu baik untukku' yang ku anggap lucu. Namun, saat aku dengar alasanmu tak ingin maju, aku jadi muak dengan kalimat itu.

Meskipun hati ini merintih, tak akan kubiarkan tangis membasahi luka. Aku tak ingin terus larut dalam nestapa, pun harus bisa melupakan kisah kita yang bahkan belum berawal. Aku tak akan memperjuangkan seseorang yang tak ingin berjuang. Meski sakit, aku rela melepasmu yang enggan berupaya.

Mungkin memang benar kau bukan jodoh yang dipilihkan Tuhan untukku. Cukup sampai di sini kisah kita tertulis, akan kututup lembaran ini. Selamat tinggal, tuan yang pernah singgah untuk pergi. Akan kuobati luka dan dan jaga hati untuk seseorang yang menjadi takdirku nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline