"Sedih kalau bayangkan masa lalu saya yang selalu hidup dalam kesusahan. Bahkan anak balita saya, hanya makan nasi di campur kuah sasa. Tak ada uang untuk beli susu, teh manis hanya yang sekedar mengenyangkan perutnya."
"Suami kerja bila musim tanam tiba. Jadi buruh menanam padi, membajak sawah atau bermalam menunggui sawah agar tidak dimakan babi hutan. Dengan upah yang sangat minim."
"Saya hanya lulusan sd yang tak punya keterampilan. Jualan pisang goreng kalau ada pisang yang matang di kebun. Jualan singkong parut kalau ada singkong yang panen. Semua hanya cukup untuk makan hari itu."
"Tapi saya punya cita cita besar, saya ingin jadi orang kaya. Anak anak bisa sekolah. Punya kebun dan sawah. Punya rumah sendiri dan punya emas."
"Saat ada yang menawarkan bekerja di Saudi, saya langsung setuju tanpa pikir panjang. Iming iming gaji besar, menyilapkan mata dan menghilangkan kewarasan saya. Suami hanya tertunduk lesu, tidak berdaya."
"Kepergian saya diiringi isak tangis kedua putri saya yang masih 6 dan 4 tahun. Saya berjanji pada mereka untuk belikan mereka baju dan sepatu baru."
"Kehidupan saya di negeri Arab lumayan baik. Saya menjadi penggembala kambing, pengasuh orang jompo dan menjadi cleaning service toko. Alhamdulilah tidak ada hal hal yang menakutkan. Majikan bersikap baik bahkan saya pernah diajak umroh."
"Namun, saya tidak menyangka kalau kehidupan keluarga saya di Indonesia hancur. Suami menikah lagi. Anak anak di asuh orang tua saya. Rumah yang dibangun hasil kerja saya sekarang dinikmati oleh suami dan istri barunya. Saya ingin sekali segera pulang memeluk anak anak dan kedua orang tua saya. Namun kontrak saya baru habis 2 tahun lagi."
"Saya hanya berharap, semua baik baik saja. Saya pasrah dan tawakal sama Allah SWT karena semua terjadi atas kehendak Nya."
Pejuang keluarga.
Pejuang devisa negara
Pejuang ekonomi yang luar biasa.