Lihat ke Halaman Asli

Drama Gulali

Diperbarui: 1 April 2022   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ada jerit dari cacing pasir mati kelaparan. Tak ada bantuan untuk kehidupan, tak ada peluang untuk perjuangan, melainkan bagian dari kembiraan. Kemana perginya bahan pangan? Sudahkah sampai pada tujuan atau hilang di tengah jalan. 

Tak ada bunyi yang akan menantang, sebab pencurian hanyalah anggap kehilangan, bukan kematian.

Tawa disana terdengar lantang. Bunyinya bukan akibat dari ampunan, tapi mantra yang hanya akan jadi bualan. Ini sebuah kepahitan yang coba dibungkus dengan janji manis harap diangan. 

Cela rasanya saat harus mencela, tapi lebih cela saat diam dalam celaka. Sumpal gulali cukup manis menggantikan amis dari darah saudara sendiri.

Jumat, 01 April 2022

Lazuardi_Zu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline