Lihat ke Halaman Asli

Syukur Bukan Pekerjaan Lesan

Diperbarui: 12 Agustus 2015   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Syukur adalah "karakter" berkembang maju, BUKTIKAN!!!

Bersyukur adalah perilaku mendobrak paradigma perubahan diri.

Syukur-1

Seandainya kita semua menyadari betapa luar-biasanya makna syukur dan shalawat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari maka umat Islam dan bangsa dan negara kita.

Syukur adalah karakter ingin maju, BUKTIKAN!!!

Bersyukur adalah perilaku mendobrak paradigma perubahan diri.

Syukur-1

Seandainya kita semua menyadari betapa luar-biasanya makna syukur dan shalawat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari maka umat Islam dan bangsa dan negara kita.

Syukur adalah terbuka, membuka maka, akan dibuka. Dan shalawat adalah realisasi dari jiwa feqir realisasi “antumul fuqoro ila Allah”. Seseorang yang memproses “keselamatan” pada wilayah kedamaian, ketentraman, kebahagian dan kemerdekaan yang sejati murni, mestilah mau maju dan memajukan lingkungannya, masyarakatnya bahkan negaranya, tanpa embel-embel pencitraan, tanpa harus berpikir dipilih atau tidak dipilih. Namun memang kebutuhan untuk membuat dan mengkondisikan, kebaikan, keramahan, kebersamaan, kekeluargaan.

Syukur bukan sekedar kalimat “alhamdulillah” tanpa realitas, bukan sekedar lesan tanpa hati, bukan sekedar pikiran tanpa selaman makna, bukan bagi-bagi makan dan perut tanpa membangun spirit, juga bukan besar-besaran hewan yang disembelih, namun, perilaku tetap hewaniyah. Syukur adalah karakter, watak dan sifat serta perilaku penghambaan. Bagi pelaku syukur akan berpengaruh terhadap diri dan lingkungan:

Akan terbangun situasi dan kondisi damai, aman, nyaman, menyejukkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline