Lihat ke Halaman Asli

Ponco Wulan

Pontjowulan Samarinda

Kilau Prestasi di Tengah Keterbatasan

Diperbarui: 2 November 2024   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar dibuat oleh AI

Angin pagi berembus sejuk menyapu dedaunan di sepanjang jalan menuju sekolah. Mentari pagi perlahan menyibak kabut tipis yang menyelimuti desa kecil di kaki gunung. Di sebuah rumah sederhana berdinding kayu, Bu Panca telah siap dengan seragam dan tas kerjanya. Suara burung-burung yang berkicau mengiringi langkahnya ke luar rumah, sementara Pak Susanto tersenyum hangat sembari menyeruput kopi hitam di teras.

"Semoga harimu lancar, Bu," ucap Pak Susanto dengan suara lembut dan  memberikan dukungan yang tak pernah absen setiap pagi. Bu Panca mengangguk sambil tersenyum, meski dalam hati ia menyadari beratnya tantangan yang menanti. Sebagai seorang guru honor di sekolah desa dengan gaji yang tak seberapa, ia harus mengatur keuangan keluarga dengan bijak, apalagi dengan anak pertama yang sedang kuliah dan anak kedua yang bersiap menghadapi ujian akhir.

Namun kesulitan ekonomi tak pernah menghalanginya untuk terus mengembangkan diri. Setiap kesempatan pelatihan ia ikuti, karya tulis demi karya tulis ia susun dengan penuh semangat, dan kini sebuah tantangan baru menantinya yaitu lomba guru berprestasi yang akan menjadi bukti dari semua dedikasinya.

Hari itu, Bu Panca berangkat dengan langkah tegap. Meski kehidupannya penuh keterbatasan, semangatnya tak pernah padam. Baginya menjadi guru bukan hanya soal mengajar di kelas, tapi juga bagaimana terus tumbuh dan berkembang demi masa depan yang lebih baik untuk siswa-siswanya.

Bu Panca memandangi jalan setapak yang biasa ia lewati setiap pagi. Di sepanjang jalan, sawah yang membentang hijau seolah mengiringi langkahnya. Hatinya terasa penuh harapan meskipun kenyataan sebagai guru honor sering kali membuatnya harus bertahan dengan keterbatasan. Namun ada satu hal yang tak pernah hilang dari dirinya yaitu semangat belajar dan mengembangkan diri.

Di sekolah, ia tidak hanya mengajar dengan penuh dedikasi tapi juga aktif mengikuti pelatihan. Setiap pelatihan yang diadakan oleh dinas pendidikan, ia tidak pernah absen. Bahkan Bu Panca selalu mencari kesempatan untuk menambah wawasan membaca jurnal pendidikan, mengikuti seminar daring, dan menyusun karya tulis yang bermanfaat bagi sekolah. Semua itu ia lakukan tanpa pamrih, hanya demi satu tujuan yaitu meningkatkan kualitas pengajaran dan membantu siswanya berkembang.

Di rumah, Pak Susanto selalu menjadi pendukung setia. Meskipun pekerjaannya di perusahaan swasta tak selamanya mudah, ia tak pernah mengeluh. "Bu, kalau ada pelatihan lagi, ikuti saja. Kita bisa atur keuangan pelan-pelan," ujarnya setiap kali Bu Panca merasa ragu untuk ikut pelatihan karena keterbatasan biaya. Anak-anak mereka meskipun juga memiliki kebutuhan, selalu mengerti akan perjuangan ibunya.

Hari-hari berlalu dan Bu Panca merasa dirinya semakin siap. Ia telah menyusun beberapa karya tulis inovatif yang diharapkan bisa membantu pembelajaran di sekolah. Ketika lomba guru prestasi diumumkan, meski sempat bimbang, Bu Panca akhirnya memberanikan diri untuk ikut serta.

"Ini kesempatanmu, Bu. Jangan sia-siakan," kata Pak Susanto saat menemani Bu Panca mengisi formulir pendaftaran lomba. Dengan senyum lembutnya, ia selalu tahu cara memberi dorongan di saat yang tepat.

Di setiap langkahnya menuju lomba, ada perasaan takut dan cemas yang muncul di benak Bu Panca. Bagaimana jika usahanya tidak dihargai? Bagaimana jika ia gagal? Namun setiap kali rasa itu muncul, ia mengingat kembali senyuman siswanya di kelas, dukungan suami, dan doa-doa yang selalu ia panjatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline