Lihat ke Halaman Asli

Ponco Wulan

Pontjowulan Samarinda

Cinta yang Terlarang

Diperbarui: 4 September 2024   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pinggiran kota Jember yang tenang, hiduplah sebuah keluarga besar yang penuh dengan tradisi dan nilai-nilai luhur. Di tempat ini setiap penduduk saling mengenal dan setiap rumah tangga terkait oleh ikatan darah atau persahabatan yang mendalam.

Di antara keluarga-keluarga ini, terdapat keluarga besar Raharjo yang cukup terpandang. Kepala keluarga, Pak Raharjo, adalah seorang petani yang dihormati dan istrinya, Bu Sulastri dikenal karena kebijaksanaannya dalam mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Mereka memiliki tiga anak yaitu Rina, anak sulung yang cantik dan cerdas, Budi, anak kedua yang tangguh dan pekerja keras, serta Tono, si bungsu yang ceria dan penuh semangat.

Di balik keharmonisan dan kehangatan keluarga Raharjo, tersimpan sebuah rahasia yang perlahan-lahan mulai terungkap. Rina, sang sulung, menyimpan perasaan yang tak seharusnya ia miliki. Perasaan cinta yang tumbuh bukan untuk orang asing, melainkan untuk sepupunya sendiri, Adi, yang baru saja kembali dari Jakarta setelah menyelesaikan studinya.

Adi, dengan pesona dan kecerdasannya, selalu menjadi pusat perhatian setiap kali ia pulang ke desa. Tak terkecuali bagi Rina, yang sejak kecil selalu merasa nyaman berada di dekat Adi. Namun seiring berjalannya waktu, kenyamanan itu berubah menjadi perasaan yang lebih dalam dan rumit. Rina tahu bahwa cintanya adalah cinta terlarang, cinta yang tidak akan pernah diterima oleh keluarga besar mereka.

Di tengah keheningan malam, di bawah langit Jember yang bertabur bintang, Rina sering merenung di beranda rumahnya, memikirkan betapa rumitnya perasaannya. Ia tahu bahwa langkah yang salah bisa menghancurkan keharmonisan keluarga besar mereka. Tetapi, bisakah ia terus menyembunyikan perasaannya? Atau akankah cinta terlarang ini menemukan jalannya sendiri di tengah norma-norma yang mengikat mereka?

Hari-hari berlalu dengan cepat di desa kecil itu. Kehidupan di sana sederhana namun penuh makna. Pagi-pagi, desa sudah sibuk dengan aktivitas para petani yang berangkat ke sawah, ibu-ibu yang menyiapkan sarapan, dan anak-anak yang berlarian ke sekolah.

Adi, yang sudah lama tak pulang, kini kembali tinggal bersama keluarga besar Raharjo untuk sementara waktu. Kepulangannya disambut dengan sukacita oleh semua orang, termasuk Rina yang diam-diam merasa hatinya berdebar setiap kali melihat sepupunya itu. Adi adalah sosok yang ramah dan penuh perhatian, yang selalu bisa membuat suasana menjadi hangat dan menyenangkan.

Suatu sore, setelah semua pekerjaan rumah selesai, Rina duduk di bawah pohon mangga di halaman belakang rumahnya, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa aroma tanah dan dedaunan. Tak lama kemudian, Adi datang dan duduk di sampingnya. Mereka berbincang ringan tentang banyak hal, dari kenangan masa kecil hingga rencana masa depan.

"Rina, apa kau pernah berpikir untuk melanjutkan sekolah ke kota?" tanya Adi tiba-tiba.

Rina terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Aku suka di sini, Di. Semua yang kuinginkan ada di sini."

Adi tersenyum mendengar jawaban itu. "Kau memang selalu setia dengan desa ini. Tapi, siapa tahu, mungkin suatu hari nanti kau ingin melihat dunia luar."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline