Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita penganiayaan yang melibatkan anak seorang pejabat di kantor pajak yang menyita perhatian cukup luas dari publik terlebih masyarakat dunia maya yang sangat lincah dalam mencari informasi mengenai kejadian sehingga dalam waktu singkat menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat dari kasus, siapa korban, siapa pelaku, sampai gaya hidup pelaku yang suka memamerkan kemewahan di media sosialnya semua diungkap dengan cepat di media sosial sehingga tidak perlu waktu lama bagi aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku.
Saat ini penulis tidak akan membahas kasus yang terjadi karena itu ranah dari penegak hukum di negeri ini tetapi sekedar mengingatkan kita, bahwa kita perlu mewaspadai supaya generasi muda kita tidak melakukan hal yang sama yaitu menjadikan kekerasan sebagai media untuk menyelesaikan masalah karena hal itu menunjukkan kekerdilan dari pola pikir generasi muda saat ini karena seharusnya di era saat ini, kekerasan bukan lagi sebagai alat untuk menyelesaikan masalah tetapi dapat melakukan dengan cara yang elegan seperti Dialog, diskusi, adu argument dan fakta dan lain sebagainya sehingga mendapatkan solusi tanpa menimbulkan masalah baru seperti yang terjadi saat ini.
Bagi penulis ini juga perlu menjadi evaluasi bagi Pendidikan kita, sepertinya kita belum sepenuhnya berhasil dalam mendidik karakter anak-anak pengganti kita sehingga perlu dilakukan perbaikan kedepannya. Salah satu hal yang menunjukkan hal tersebut adalah sikapnya ketika pelaku ditunjukkan dalam konfrensi pers di kepolisian. Kepala pelaku tetap tegak dan seolah-olah menunjukkan dia tidak bersalah bahkan cenderung bangga dengan apa yang dia lakukan, sangat berbeda dengan pelaku-pelaku kejahatan atau kekerasan pada umumnya yang tertunduk ketika berada pada posisi yang sama. Sungguh miris melihatnya dan semoga ini tidak ditiru oleh generasi-generasi muda lainnya dan tidak terjadi lagi kasus seperti ini.
Satu hal yang penulis soroti adalah keterlibatan pihak lain dalam kasus tersebut, dari video yang viral di media sosial ternyata pelaku tidak sendirian dalam melakukan tindakan kekerasan yang dilakukan tetapi bersama-sama dengan rekan lainnya yang satu persatu telah diperiksa oleh kepolisian bahkan sampai didokumentasikan di media sosial, artinya bukannya hanya pelaku saja yang setuju jika kekerasan menjadi sebuah solusi tetapi anak-anak yang hadir dikejadian tersebut termasuk si perekam kejadian dan saya rasa semuanya harus mendapatkan konsekuensi dari perbuatan mereka.
Memang kejadian seperti ini bukanlah hal yang pertama terjadi di negeri ini dan sudah beberapa kali terjadi di beberapa daerah tetapi kasus ini menjadi perhatian publik karena melibatkan dari seorang anak pejabat di kementerian keuangan artinya kejadian seperti ini bisa saja terjadi dari semua kalangan tanpa memandang daerah asal, profesi apa, latar belakang Pendidikan dan lain sebagainya sehingga ini perlu menjadi perhatian dari semua kalangan khususnya dunia Pendidikan karena salah satu jalan untuk menciptakan karakter yang baik adalah melalui Pendidikan baik Pendidikan di keluarga maupun di Lembaga Pendidikan.
Memang pemerintah sudah mulai mencoba melakukan perubahan dengan membuat kurikulum yang mengarah kepada karakter anak bangsa seperti dengan memasukkan Pendidikan karakter dalam kurikulum termasuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dimana salah satunya adalah menciptakan pelajar-pelajar yang berkarakter sesuai dengan karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan kita dalam hidup berbangsa dan bernegara tetapi ini tidak akan berhasil jika semua stakeholder tidak mendukung hal ini baik dari keluarga, lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat secara umum karena itu perlu mengkampanyekan Pendidikan yang berkarakter di seluruah lapisan masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H