Dalam rancangan undang-undang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 81, mata pelajaran keterampilan/kecakapan hidup menjadi salah satu mata pelajaran wajib dan hal ini merupakan salah satu perubahan yang cukup menarik untuk ditelaah lebih lanjut karena selama ini keterampilan/kecakapan hidup lebih banyak dilakukan atau diarahkan di sekolah-sekolah kejuruan dan ke depannya mapel ini akan ditarik juga ke sekolah umum.
Menurut Tim Broad-Based Education (2002), kecakapan hidup atau life skills sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dari pengertian tersebut tentunya akan menjadi sangat menarik jika pelajar Indonesia memiliki life skills sehingga apapun perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang mereka akan mampu untuk bertahan tanpa ada merasa ada tekanan dalam menjalankan kehidupan mereka.
Life skills memang bukan hal baru karena penulis sendiri sudah mengenal life skills sebelumnya dari pendidikan nonformal yang pernah penulis geluti. Dalam pendidikan nonformal sendiri life skills diberikan kepada para peserta didiknya dengan satu tujuan mereka memiliki keterampilan untuk mendapatkan penghasilan ataupun keterampilan mengembangkan diri mereka supaya mampu bersaing dengan orang lain di sekitar mereka.
Jika melihat pengertian dan pengalaman penulis dilapangan mengenai implementasi dari life skills ini dapat penulis katakan bahwa life skills memiliki pengertian yang luas dan harapannya sekolah tidak terpaku dengan pemikiran yang sempit dalam mengimplementasikan life skills. Life skill bukan semata-mata keterampilan yang harus mereka kuasai untuk mendapatkan penghasilan semata seperti keterampilan memasak sehingga mereka lulus jika tidak melanjutkan kuliah dapat bekerja menjadi juru masak atau membuka usaha kuliner, belajar sablon baju supaya bisa sambil kuliah dapat melakukan pekerjaan sampingan dengan membuka sablon kaos untuk menambah biaya kuliah dan keterampilan lain yang pada intinya dapat digunakan oleh pelajar setelah lulus sekolah untuk mendapatkan uang.
Peserta didik belajar cara berkomunikasi dengan baik, peserta didik diajarkan untuk berpikir secara kreatif, peserta didik diarahkan untuk menguasai computational thinking, peserta didik dilatih untuk dapat melakukan inovasi, peserta didik diajarkan untuk menggali potensi yang dimiliki dalam dirinya, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut bagi penulis juga merupakan life skills yang perlu diajarkan oleh para pendidik kepada peserta didiknya. Dengan kata lain para pendidik tidak boleh terjebak dengan kata life skills yang hanya dipandang sebagai sebuah mata pelajaran semata tetapi harus dipandang secara lebih luas.
Apakah life skills ini harus diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus dan guru khusus seperti mata pelajaran wajib lainnya? Bagi penulis sendiri tidak harus ada mata pelajaran khusus karena hal-hal yang penulis sampaikan dapat diintegrasikan di semua mata pelajaran, tinggal kreativitas dari para guru saja dalam mengintegrasikan hal tersebut. Disamping itu, dengan terintegrasinya life skill maka hal tersebut merupakan salah satu cara dalam memperkaya materi ajar yang disampikan oleh para pendidik kepada peserta didiknya dengan harapan para peserta didik dapat lebih tangguh dalam menghadapi segala macam problematika yang akan mereka hadapi kedepannya. Salam Merdeka Belajar