Ada pepatah yang mengatakan hanya orang bahagia yang dapat membahagiakan orang lain. Jika dikaitkan dengan profesi guru tentunya hanya guru yang bahagia yang dapat membahagiakan muridnya sehingga sekolah akan terasa sebagai sekolah yang membahagiakan, bukan sebaliknya seperti yang sering dirasakan oleh para peserta didik.
Beberapa tahun yang lalu, pemerintah mengampanyekan sekolah yang menyenangkan dan bebas dari perundungan (Bully).
Berdasarkan pengalaman dari penulis dan beberapa referensi dari beberapa sumber, maka penulis menyampaikan beberapa hal yang dapat membahagiakan seorang guru karena pada dasarnya kebahagiaan seseorang bukanlah dari sekedar materi tetapi banyak faktor yang dapat memotivasi guru supaya menjadi guru yang bahagia.
Mengenai materi, dapat kita lihat dari beberapa jurnal yang meneliti pengaruh dari dana sertifikasi yang diterima seorang guru terhadap peningkatan kualitas kinerja dari guru, di mana banyak guru yang menerima sertifikasi tetapi tidak mengalami perubahan dalam kinerja mereka bahkan menjadikan guru menjadi konsumtif sehingga tidak merasakan perubahan yang signifikan dari pemberian sertifikasi.
Beberapa hal yang dapat memunculkan motivasi bagi guru:
1. Kurangi Beban Administrasi. Seperti kita ketahui selama ini guru sangat dibebani dengan beban administrasi yang cukup banyak sehingga mereka tidak ada waktu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mereka di kelas bahkan ketika mereka mau masuk kelas masih disibukkan dengan hal administratif.
Padahal sebaiknya guru harus punya waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan kelasnya dengan lebih baik termasuk dengan mengevaluasi kelas.
Guru harus ada waktu untuk mempersiapkan alat peraga, project siswa, slide presentasi, tugas, metode penilaian, form evaluasi, dan lain sebagainya.
2. Memiliki waktu untuk menyenangkan dirinya. Salah satu kelebihan dari guru Finlandia yang ditulis Timothy Walker dalam bukunya "Teach like Finland" ialah para guru sebelum masuk kelas tidak ada yang sibuk dengan hal-hal yang berbau administratif dan materi ajar untuk kelas yang dia akan ajar.
Baca juga : Pembelajaran Daring Berkendala Bagi Siswa, Dimanakah Peran Orangtua Serta Guru?
Mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan diri mereka seperti duduk santai dengan menikmati kopi, membaca buku kesukaannya, ngobrol santai dengan guru lain atau dengan kata lain mereka melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan mereka sehingga ketika masuk ke dalam kelas dalam kondisi yang bahagia sehingga mampu menularkan kebahagiaan mereka ke peserta didiknya melalui materi yang telah disiapkan sebelumnya.
Dengan demikian tidak ada lagi guru yang masuk ke kelas dengan kondisi yang kurang bersahabat sehingga emosi dengan mudah terpancing dan akibatnya muncul hal-hal yang tidak diinginkan.
Semua guru pasti menyadari bahwa situasi di dalam kelas belum tentu sesuai dengan yang kita harapkan karena itu seorang Guru yang bahagia akan lebih siap untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di dalam kelas.
3. Integrasikan dengan Teknologi. Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya tentunya cukup tepat digunakan sebagai dasar untuk mengugah Guru dalam melibatkan teknologi dalam profesi mereka karena profesi apapun akan selalu terkait dengan teknologi.
Saat ini anak-anak hidup dalam zaman teknologi yang modern karena itu gunakan teknologi tersebut dalam melakukan proses pembelajaran bukan sebaliknya dengan anti teknologi karena merasa tanpa teknologi proses pembelajaran akan tetap berjalan.
Pendapat tersebut tidak salah, tetapi jangan lupa dunia berkembang dinamis karena itu Guru harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan tersebut karena kalau tidak, maka generasi yang dihasilkan akan tertinggal dari generasi-generasi pengganti negara lain.
4. Tinggkatkan Skill/Keterampilan. Perkembangan teknologi yang saat ini berkembang dengan cepat tentunya dirasakan oleh semua pihak termasuk guru. Dengan perkembangan TIK maka para peserta didik akan lebih mudah dapat mengakses materi-materi yang akan dipelajari sehingga penjelasan guru kurang dibutuhkan lagi.
Bahkan bukan tidak mungkin seorang peserta didik lebih mendalami atau memahami materi dibandingkan dengan gurunya atau bahkan peserta didik tidak pernah memperhatikan gurunya di dalam kelas karena merasa apa yang disampaikan oleh sang guru semua ada di internet.
Baca juga : Peran Guru dalam Mengoptimalisasi E-learning untuk Meningkatkan Literasi Peserta Didik
Dengan melihat hal tersebut, tentunya seorang guru harus mengubah pola pembelajarannya sesuai dengan perkembangan yang ada sehingga kredibilitas seorang guru di depan peserta didiknya tetap terjaga.
Meningkatkan skill atau keterampilan merupakan salah satu langkah untuk melakukan hal tersebut.
5. Mengajar dari Hati. Mengajar bukan sekedar profesi tetapi merupakan bagian dari panggilan dari hati untuk menyiapkan generasi pengganti negeri ini karena itu harus dilakukan dengan hati karena kelangsungan Nusantara ini akan tergantung dari sehebat apa guru dalam mempersiapkan peserta didiknya untuk generasi yang akan datang.
Jika masih melakukan profesi sebagai guru maka sebaiknya berpikir ulang karena profesi guru bukanlah profesi mencari uang tetapi sebagai salah satu pengabdian dalam menyiapkan generasi bangsa ini kea rah yang lebih baik ditengah tantangan dunia saat ini.
6. Motivasi dari Diri Sendiri. Meningkatkan motivasi sangat penting untuk menjadi guru bahagia. Motivasi bisa didapat dari rekan sesama guru, pimpinan kepala sekolah, yayasan, ataupun pihak lain tetapi motivasi yang terbaik adalah dari dalam hati guru sendiri.
Semua orang pasti mengalami masa-masa mood yang tiba-tiba turun ataupun suasana hati yang kurang bersahabat, tetapi jangan sampai itu terbawa ke dalam kelas.
Salah satu saran dari mentor saya adalah dengan mengatakan kepada diri sendiri, " Saya adalah Guru, mendidik adalah tanggung jawab saya demi masa depan generasi saya" dan itu saya praktikkan saat saya masuk kelas untuk mengajar khususnya jika kondisi kurang mood.
7. Reward yang Jelas. Sama seperti profesi yang lain, guru juga perlu untuk diberikan reward yang jelas atas pekerjaan yang dilakukan. Bukan hanya berupa materi tetapi juga dalam bentuk lain dalam hal kecil maupun besar.
Hal kecil dapat diberikan dengan pujian oleh atasan seperti kepala sekolah, pimpinan Yayasan ataupun oleh orang tua dari peserta didik. Pujian sekecil apapun akan berdampak pada motivasi seorang guru.
Reward yang lain dapat diberikan dengan jenjang karier yang jelas, memberikan kesempatan untuk mengambil tingkat Pendidikan yang lebih tinggi atau hal lain yang sekiranya menunjukkan penghargaan atas apa yang dilakukan oleh seorang Guru.
Guru yang bahagia akan melahirkan peserta-peserta didik yang bahagia. Menerima ataupun memotivasi diri sendiri merupakan salah satu bagian penting menuju guru yang bahagia.
Menjadi guru merupakan profesi yang mulia dan Tuhan pasti memuliakan orang-orang yang mulia. Jangan lupa untuk bahagia. Salam, merdeka belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H