Lihat ke Halaman Asli

POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR

Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Digital Pedagogy

Diperbarui: 24 Februari 2020   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Pada dasarnya Pedagogy dapat diartikan sebagai sebuah seni dalam proses pembelajaran termasuk dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan seorang pendidik supaya siswa mampu mengingat, memahami, mengimplementasikan, menganalisa, mengevaluasi sampai dengan menciptakan (bloom taxonomy). Sebagai sebuah pengetahuan dan keterampilan sudah seyogianya pedagogy harus berkembang mengikuti zamanya termasuk dalam hal ini teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran karena Pendidikan pasti akan mengikuti perkembangan teknologi.

Digital Teknologi bukan semata-mata menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran tetapi lebih tepatnya mendekatkan alat-alat digital tersebut dari perspektif pedagogi kritis. Jadi Digital Pedagogy lebih tepatnya bagaimana menggunakan alat-alat digital dengan bijaksana seperti tentang memutuskan kapan tidak menggunakan alat digital, dan tentang memperhatikan dampak alat digital pada pembelajaran. Pedagogy Kritis sendiri dapat dipahami sebagai teori dan praktik pendidikan yang didesain untuk membangun kesadaran kritis peserta didik.  

Digital Pedagogy menjadi sangat penting untuk dipahami oleh para pendidik dan peserta didik karena bukan tidak memungkinkan jika teknologi juga dapat memberikan pengaruh negatif dalam dunia Pendidikan kita. Salah satu contohnya adalah budaya copy paste. Tentunya hal ini sudah sering kita dengar dan lakukan, padahal budaya seperti ini tidaklah mendidik karena membuat peserta didik tidak menjadi seorang peserta pendidik yang kritis sedangkan kompetensi ini sangat diperlukan mereka dimasa depan mereka nantinya. Contoh lain adalah ketika anak-anak diberikan pekerjaan rumah (PR) oleh Gurunya disekolah, para peserta didik tinggal buka website tertentu dan langsung mendapatkan jawabannya tanpa perlu berpikir keras untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh Gurunya.

Hal-hal seperti yang disampaikan diatas merupakan salah satu hal yang perlu diperbaiki dan hal tersebut dapat dilakukan melalui digital pedagogy. Pada digital pedagogy, peserta didik dilatih untuk menggunakan teknologi dalam proses belajar termasuk didalamnya kapan mereka menggunakan teknologi dan kapan mereka tidak menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, bagaimana peserta didik mampu belajar melalui LMS (Learning Management System) yang disediakan sekolah dan bagaimana Guru memastikan para peserta didiknya telah mengakses LMS yang merupakan sumber belajar akan materi-materi yang diajarkan kepada peserta didik.

Dizaman ini sesuai dengan perkembangan dunia teknologi yang terus melangkah maju, masih banyak Guru yang mengesampingkan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran padahal tanpa mereka sadari bahwa siswa mereka sudah lebih maju dari mereka dalam memahami materi-materi yang ada di sekolah karena pada dasarnya hampir semua materi yang diajarkan di kelas ada semua di internet. Jika demikian adanya bukan tidak mungkin sebelum Guru menyampaikan materinya, peserta sudah terlebih dahulu mengetahui materi tersebut lalu untuk apa mereka ada di kelas? Dari sini kita perlu mencermati akan perlunya kolaborasi dalam melaksanakan digital pedagogy dalam proses pembelajaran kita. Supaya kolaborasi antara Guru dan Peserta didik dapat berjalan dengan baik, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

  • Ciptakan Kepercayaan. Berikan peserta didik kepercayaan untuk mencari materi yang akan mereka pelajari sesuai dengan pokok-pokok materi yang dibuat oleh Gurunya. Dengan Guru memberikan kepercayaan maka kemandirian dan kepercayaan diri para siswa secara tidak langsung akan muncul dan mereka akan lebih aktif dalam belajar untuk mencari ilmu yang akan mereka butuhkan. Lalu bagaimana Guru mengetahui jika mereka telah mendalami pokok-pokok materi yang telah disampaikan sebelumnya? Berikan mereka tantangan setelah mereka mendapatkan materi sesuai dengan pokok materi yang telah disampaikan oleh Guru sebelumnya. Tantangan tidak hanya menjawab soal saja tetapi apa yang dapat mereka ciptakan atau hasilkan dari materi-materi yang telah mereka pelajari?
  • Dialog yang menginspirasi. Jadilah Guru yang menginspirasi siswanya dengan menciptakan dialog melalui diskusi. Berikan pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengugah mereka untuk mampu mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Dialog bukan hanya secara verbal tetapi juga secara digital (online). Peserta didik zaman sekarang akan sangat bangga jika Gurunya mampu melakukan dialog secara digital. Berikan mereka inspirasi yang memunculkan emphaty mereka terhadap sebuah materi supaya mereka lebih tertarik untuk mencari sumber materi yang akan mereka pelajari.
  • Jujur dan transparan. Hal ini sudah tidak asing lagi bagi para Guru, kita perlu mendidik mereka dari sejak usia sekolah untuk bersikap jujur karena pada dasarnya perkembangan teknologi sudah memaksa manusia untuk bersikap jujur. Jika Guru tidak tahu akan jawaban pasti dari pertanyaan peserta didik, jawab saja tidak tahu dan akan mencari tahu mengenai pertanyaan dari pertanyaan tersebut. Jangan suka ngeles dengan memberikan jawaban yang berputar-putar karena peserta didik karena merka akan dengan mudah mengecek apakah jawaban yang diberikan oleh Guru tersebut benar atau salah, bayangkan jika hasil pengecekan peserta didik akan jawaban yang diberikan oleh Guru salah, secara otomatis kredibilitas Guru akan hancur di mata peserta didik. Sebaliknya, kredibilitas Guru tidak akan hilang/hancur jika mereka jujur, termasuk dalam hal ini adalah penilaian, jika perlu Guru dapat diskusi dengan peserta didik mengenai penilaian yang dilakukan oleh Guru sehingga semua berjalan dengan transparan.
  • Terbukalah akan perubahan. Semakin cepat perkembangan teknologi maka semakin banyak ilmu baru karena itu guru harus membuka mata dan telingga selebar-lebarnya akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam bidang pelajaran yang mereka ampu. Jangan menutup diri akan perubahan justru Guru harus mengikuti perubahan karena jika tidak mereka akan tersingkir dengan guru-guru baru yang penuh dengan semangat perubahan termasuk dalam dunia digital.

Digital pedagogy bukan sekedar berbicara dari sisi teknologi saja karena pada dasarnya teknologi hanya merupakan alat bantu tetapi yang perlu diperhatikan apa yang dapat kita lakukan dengan bantuan teknologi untuk membantu proses pembelajaran kita dengan peserta didik kita. Dari beberapa langkah yang disampaikan diatas, jika Guru benar-benar mampu melakukan hal tersebut, disitulah salah satu yang disebut dengan Merdeka Belajar. Salam Merdeka Belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline