Lihat ke Halaman Asli

Pollung Sinaga

Pembelajar | Konten Kreator

Hindari 12 Hal Saat Merencanakan dan Melaksanakan Asesmen!

Diperbarui: 10 Februari 2024   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sahabat Pembelajar, seiring bergulirnya Kurikulum Merdeka, kita menjadi seolah "dicekoki" dengan istilah baru, ada asesmen, asesmen formatif, asesmen sumatif, asesmen diagnostik, asesmen diagnostik kognitif, asesmen diagnostik non kognitif, assesment as learning, assessment for learning, dan assessment of learning. Seabrek istilah tersebut harus tetap membuat sahabat semangat dan terus berbenah, tak perlu galau atau resisten dengan semua pernak-pernik perubahan kurikulum.

Nah, bagaimana sahabat memaknai dan memahami asesmen? Asesmen atau penilaian adalah proses  pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar siswa. Asesmen yang dilaksanakan guru di sekolah seharusnya mengikuti kaidah atau standar sebagaimana diamanatkan dalam Permendikbudristek No. 22 tahun 2022 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Berdasarkan Permendikbudristek tersebut, apa yang harus dilakukan dan apa saja yang perlu dihindari guru saat merencanakan dan melakukan asesmen? Saya awali tulisan ini dengan sebuah pantun:

  • Bu Guru Ani tinggal di Pejaten
  • Di Pejaten nyambi menanam ubi jalar
  • Kalau sahabat mau tau banyak tentang asesmen
  • Baca terus artikel ini sampai kelar!

Berikut saya paparkan 12 hal yang wajib diperhatikan saat merencanakan dan melaksanakan asesmen dan 12  hal yang harus dihindari saat merencanakan dan melaksanakan asesmen:

12 Hal Yang Wajib Diperhatikan Saat Merencanakan Dan Melaksanakan Asesmen:

  • Penyusunan asesmen wajib mengikuti prosedur penilaian hasil belajar yang meliputi perumusan tujuan, pemilihan dan pengembangan instrumen, pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian, dan pelaporan hasil penilaian.
  • Asesmen terdiri atas asesmen formatif dan sumatif.
  •  Guru harus lebih menekankan asesmen formatif dibanding sumatif (asessment as learning dan assessment for learning). Saatnya guru mengubah paradigma belajar yang menitikberatkan pada perolehan nilai menjadi belajar yang menitikberatkan pada proses.
  • Asesmen melibatkan peserta didik, melalui penilaian diri (self assessment), penilaian antarteman (peer assessment), refleksi diri, dan pemberian umpan balik antarteman (peer feedback).
  • Asesmen dilakukan terencana, dicantumkan dalam modul ajar, dengan alokasi waktu yang jelas
  • Asemen menggunakan beragam jenis, teknik, instrumen, disertai rubrik penilaian dan balikan yang mendidik pada lembar jawaban siswa
  • Asesmen harus sinkron dengan karakteristik mata pelajaran, capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan kebutuhan peserta didik
  • Penilaian terhadap kompetensi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan secara terintegrasi
  • Dalam melakukan asesmen, guru perlu mengkomunikasikan jenis, teknik, instrumen, dan rubrik penilaian kepada peserta didik. Misalnya guru perlu menjelaskan berapa skor setiap soal dan mengapa soal tertentu skornya lebih tinggi.
  • Penilaian hasil belajar dilaksanakan secara berkeadilan dan objektif yaitu penilaian yang tidak bias  oleh  latar  belakang,  identitas,  atau  kebutuhan khusus siswa serta didasarkan  pada  informasi  faktual atas  pencapaian perkembangan atau hasil belajar siswa.
  • Penilaian formatif dilaksanakan di semua jenjang: PAUD, Dikdas, dan Dikmen. 
  • Penilaian sumatif hanya dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, dan tidak boleh dilaksanakan pada jenjang PAUD
  • Penilaian formatif bertujuan untuk memantau siswa yang mengalami hambatan/kesulitan belajar dan sebagai dasar memperbaiki proses  pembelajaran  serta  mengevaluasi  pencapaian tujuan pembelajaran sedangkan penilaian sumatif diarahkan untuk mengukur capaian hasil belajar siswa dan sebagai salah satu bukti capaian belajar untuk menentukan naik/tidak naik kelas dan atau lulus/tidak lulus
  • Asesemen formatif dilakukan di awal pembelajaran maupun sepanjang proses pembelajaran sedangkan asesmen sumatif dilakukan di akhir masa pembelajaran, bisa saja setelah 2 atau 3 tujuan pembelajaran, akhir semester, akhir tahun pembelajaran, atau akhir fase.

12  Hal Yang Harus Dihindari Saat Merencanakan Dan Melaksanakan Asesmen:

  • Asesmen dilakukan semau dewe, tidak mengikuti prosedur penilaian atau hanya melaksanakan sebagian prosedur penilaian saja sehingga tak heran nilai siswa yang DO dan sudah meninggal pun masih muncul.
  • Pelaksanaan asesmen fokus pada asesmen sumatif (asessment of learning) dan belajar lebih  mengutamakan perolehan nilai dan mengesampingkan proses.
  • Asesmen hanya dilakukan guru, tanpa melibatkan siswa
  • Asesmen dilakukan mendadak, setelah guru meledak-ledak, dan siswa pun terbelalak
  • Guru melaksanakan asesmen dengan menggunakan jurus sapu jagad: satu jenis penilaian, satu teknik penilaian, dan satu rubrik untuk semua instrumen
  • Asesmen disusun dengan mengikuti selera dan keinginan guru, pesanan kepala sekolah dan atau tekanan orang tua siswa. Guru terpaksa harus membuat soal ujian sesingkat-singkatnya sesuai pesanan oknum kepala sekolah demi menghemat kertas/biaya dan atau demi kemudahan mengoreksi lembar jawaban.
  • Asesmen pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan dilakukan secara terpisah-pisah
  • Jenis, teknik, instrumen, dan rubrik asesmen hanya dipahami oleh pendidik dan guru masih mendoktrinkan keangkeran nilai dan penilaian
  • Guru melaksanakan asesmen disusupi unsur subjektivitas. Siswa yang cantik, sering kasih hadiah, dan tidak neko-neko diganjar dengan nilai tinggi.
  • Guru melaksanakan penilaian sumatif pada jenjang PAUD, padahal penilaian sumatif hanya dilaksanakan pada jenjang dikdas dan dikmen.
  • Penilaian formatif dan sumatif digunakan secara serampangan, tidak mengikuti prosedur, dan tidak mengukur capaian hasil belajar pada periode tertentu serta tidak memedomani indikator atau tujuan pembelajaran..
  • Guru tidak tahu kapan dan bagaimana asesmen dilakukan, pokoknya saat kepala sekolah datang mensupervisi kelas, buat saja penilaian/ujian agar kepala sekolah undur dari kelas, hahahaha....

Terima kasih sudah bersama sampai di akhir tulisan ini. Untuk saling berbagi, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar. Atau pinjam dululah seratus agar silaturahmi kita tidak terputus. Hahahahah...! Demikianlah postingan ini menyapa sahabat di seluruh tanah air, tetap semangat dan Salam Pembelajar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline