Berdasarkan opini yang mereka munculkan lewat artikel atau komentar di media online, berkaitan dengan pilkada DKI, saya menemukan sebuah fenomena menarik. Baik sadar maupun tidak telah terbentuk 3 kelompok di masyarakat. Kelompok itu adalah pemuja Ahok, pembenci Ahok, dan kelompok galau atau tidak peduli.
Mengapa tidak ada kelompok pemuja Anies-Sandi? Menurut saya, sebelum mereka muncul, tidak ada yang benar-benar memuja mereka. Anies sempat dipuja dan dibenci ketika dia mendukung Jokowi. Barangkali sekarang berubah. Dulu yang membenci, sekarang berubah menjadi pemuja. Begitu juga sebaliknya. Artinya, mereka yang saat ini memuja Anies, bukan pemuja sejati. Anies dipuja karena kebetulan dia satu-satunya orang yang punya potensi untuk mengalahkan Ahok.
Para Ahok Lovers adalah orang-orang yang buta dan dibutakan, sekaligus ditulikan. Mereka tidak ditulikan oleh janji-janji selama kampanye dan setelah kampanye. Mereka dibutakan oleh harapan mereka sendiri. Harapan akan terciptanya DKI yang makmur, sejahtera, dan berwibawa. Harapan itu mereka titipkan pada Ahok. Jadi pada saat Ahok sedang dibully, dan mereka membelanya mati-matian, sebenarnya mereka sedang membela harapan dan mimpi-mimpi mereka sendiri. Mereka tidak ingin siapapun menghancurkan harapan dan impian itu, karena hanya itu yang mereka punya. Untuk itu, mereka rela menunggu, karena menurutnya ada sesuatu yang patut ditunggu.
Para Ahok Haters adalah orang-orang yang buta dan dibutakan, sekaligus ditulikan. Mereka buta karena benci. Mereka tuli karena iri. Mereka suka jika Ahok membuat kesalahan. Mereka gembira jika Ahok mengalami kegagalan. Bagi mereka, dapat membully Ahok adalah kenikmatan yang setara dengan kenikmatan orgasme. Keberhasilan Ahok adalah derita mereka. Prestasi Ahok adalah nestapa mereka. Bagi mereka, siapapun boleh sukses, asal jangan Ahok. Bagi mereka, siapapun boleh jadi Gubernur, asal jangan Ahok. Mereka lebih suka DKI ini hancur di tangan orang lain, asal jangan berhasil di tangan Ahok.
Sedang kelompok ketiga terbagi atas 2 kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok yang tak peduli dengan politik. Mereka menganggap apapun hasil pilkada nanti, nasib mereka sama saja. Siapapun yang jadi, mereka merasa tidak ada bedanya. Tetap harus kerja untuk menghidupi diri atau keluarga. Kelompok yang kedua adalah kelompok yang galau.
Sebagian galau kepada Ahok, sebagian lagi galau kepada Anies-Sandi. Yang galau pada Ahok disebabkan pertentangan antara keyakinan agama yang mereka anut dengan perasaan bahwa Ahok memang pantas membangun DKI. Sedang yang galau pada Anies-Sandi disebabkan ketidakyakinan mereka bahwa Anies-Sandi bakal mampu membangun Jakarta menjadi lebih baik. Kelompok ketiga inilah yang berpotensi memilih golput.
Berdasarkan hasil survey beberapa lembaga survey yang pernah dirilis, kemantapan pemilih Ahok-Jarot lebih tinggi daripada kemantapan pemilih Anies-Sandi. Namun, pemenang pilkada tidak ditentukan mantap tidaknya para pemilihnya. Suara terbanyaklah yang jadi penentunya. Menurut saya, nantinya pemenang Pilkada DKI akan ditentukan oleh kelompok yang tidak peduli dan galau tersebut. Tinggal bagaimana Tim Sukses masing-masing paslon sukses menggiring mereka masuk ke gerbong pembenci dan pemuja. Dan sepertinya hal tersebut yang sedang dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H