Lihat ke Halaman Asli

Annie Moengiel

Perempuan biasa saja

[100Puisi] Puisi Tukang Becak

Diperbarui: 16 Februari 2016   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: indodaddy.com"][/caption]Terik menyengat,
Memanggang legam kulit
Yang berkerinyut penuh kerut  
Melukis gurat kerasnya peradaban  
Sepasang kaki tanpa sandal, 
menantang panasnya aspal... 
Ah .... tubuh berpeluh ini  
Bukanlah nestapa ... 
Terbayang di pelupuk mata
Tentang harap anak istri ,

Demi seperiuk nasi
Sepasang betis kekar ,
Mengayuh ...sekuat tenaga
Berlomba menghindar kejaran Pamong Praja
Ah ....penguasa-penguasa...!!!
Mengapa mengapa kau tega ?
Mengapa kau tega bersekutu dengan nasib ?
Nasib yang kian menghimpit , dan penguasa berhati sempit ...
Sepasang betis berpacu kencang ,
Mengayuh ,,,tanpa peduli peluh ....
Menghindar , bersembunyi dilorong kehidupan
Menghindari kejaran Pamong Praja
Dan bertekuk dilutut sang nasib..
Dalam bisik lirih " Maaf istriku,hari ini periuk kita tak ada nasi"

 

Jakarta, 16 Febuari 2016
By: Annie Moengiel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline