[caption caption="sumber: indodaddy.com"][/caption]Terik menyengat,
Memanggang legam kulit
Yang berkerinyut penuh kerut
Melukis gurat kerasnya peradaban
Sepasang kaki tanpa sandal,
menantang panasnya aspal...
Ah .... tubuh berpeluh ini
Bukanlah nestapa ...
Terbayang di pelupuk mata
Tentang harap anak istri ,
Demi seperiuk nasi
Sepasang betis kekar ,
Mengayuh ...sekuat tenaga
Berlomba menghindar kejaran Pamong Praja
Ah ....penguasa-penguasa...!!!
Mengapa mengapa kau tega ?
Mengapa kau tega bersekutu dengan nasib ?
Nasib yang kian menghimpit , dan penguasa berhati sempit ...
Sepasang betis berpacu kencang ,
Mengayuh ,,,tanpa peduli peluh ....
Menghindar , bersembunyi dilorong kehidupan
Menghindari kejaran Pamong Praja
Dan bertekuk dilutut sang nasib..
Dalam bisik lirih " Maaf istriku,hari ini periuk kita tak ada nasi"
Jakarta, 16 Febuari 2016
By: Annie Moengiel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H