Biji ketapang, panganan khas lebaran dari Betawi. Tidak lengkap rasanya berlebaran di Jakarta tanpa kehadiran kue legenda ini. Wadah penyajiannya cukup sederhana dengan toples kaca atau plastik.
Kue ini berbentuk oval kecil meruncing berwarna kecoklat-coklatan tak berubah dari dulu sampai sekarang, jarang saya lihat orang memodifikasi bentuk kue ini.
Rasanya yang gurih membuat kita tak bisa berhenti memakannya, apalagi kalau ada teman berbincang di tambah dengan teh manis atau pahit sangat susah beranjak dari tempat duduk.
Kue biji ketapang ini terinspirasi dari pohon bunga ketapang. Dahulu ditanah Betawi masih banyak pohon ketapang, buahnya tercecer dijalanan sering dipungut untuk dimakan bijinya.
Buah ketapang berbentuk bulat, kulitnya keras dan ujungnya runcing kalau dibuka mirip seperti almond berwarna putih. Buah ini juga dipanggil Almond Malabar atau almond Singapura.
Menurut wikipedia.com biji ketapang adalah makanan yang terbuat dari sagu yang diaduk bercampur santan dan gula pasir. Hasil adonan tersebut dimasak dengan cara digoreng. Kue tersebut adalah panganan khas Kepulauan Seribu.
Satu minggu sebelum lebaran banyak ibu-ibu di Jakarta sudah mulai membuat kue ini, termasuk ibu mertua saya sudah membuat biji ketapang ini dibantu tetangga sebelah rumah. Resepnya cukup mudah, namun hasil akhir suka berbeda-beda rasanya.
Satu toples tembus pandang berisi biji ketapang berukuran sedang, di sanding dengan kue nastar atau kaleng khong guan berisi biscuit atau rengginang, tersusun di meja ruang tamu ber taplak gambar bunga berwarna ceria menjadi tampilan sajian khas lebaran di rumah-rumah warga jakarta.
Tapi ingat, yang mempunyai masalah pada gigi perlu ke hati-hatian memakan biji ketapang karena kuenya sedikit keras, namun kalau mendapatkan biji ketapang yang renyah dan lembut, anda bisa tidak berhenti memakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H