Pernah dengar salah satu berita mengenai anak yang menghabiskan uang orang tuanya sekian juta dalam sebulan hanya untuk membeli voucher game di salah satu minimarket.
Saat itu, orang tua sang anak akhirnya memarahi sang Kasir Minimarket karena dianggap lalai membiarkan anak berbelanja sebesar itu, yang pada akhirnya diketahui bahwa uang tersebut adalah uang curian.
Uang yang dicuri adalah uang orang tuanya. Orang tuanya marah, kesal, dan melampiaskan kemarahannya pada Kasir yang bertanggung jawab saat itu. Di sisi lain, netizen menyalahkan orang tua yang membiarkan anaknya bermain tanpa pengawasan. Ya, salah satu dampak buruk kecanduan bermain game seperti itu. Sebagai orang tua, saya bisa merasakan kekhawatiran dan ketakutan jika anak saya besar nanti, apakah bisa saya awasi dengan baik?
Akademi Khusus Atlet eSport
Kehawatiran para orang tua tentu sangat beralasan. Sebelum ada game mobile, dulu anak-anak beberapa bolos sekolah agar bisa bermain game di warnet. Biasanya mereka bayar per jam agar bisa main PlayStation. Sekarang, saking seringnya anak di rumah saja selama pandemi, intensitas bermain game khususnya di smartphone semakin banyak.
Saya semula berpikir, game yang kini sedang tren kurang baik untuk perkembangan anak. Paling mentok mungkin tidak apa main game rumahan yang sederhana untuk sekadar hiburan. Namun, lambat laun saya menyadari, ternyata game strategi seperti itu memiliki dampak positif jika bijak memainkannya.
Apalagi, sekarang profesi atlet eSport semakin mendunia. Turnamen-turnamen sering diadakan, hadiah untuk pemenang juga tidak sedikit. Kekhawatiran saya semakin berkurang setelah mengikuti serangkaian webinar mengenai peluncuran LEAD By IndiHome.
Salah satu contoh atlet eSport adalah Rizky Faidan. Dia sudah sangat diakui dunia. Pasalnya, atlet eSport berusia 18 tahun ini berhasil lolos ke babak final kejuaraan dunia PES 2019 di Emirates Stadium, Inggris. Serta menjadi juara di ajang PES League Asia 2019 di Jepang. Luar biasa ya. Rizky berhasil menjuarai Toyota E-League, dan membawa timnya menjuarai Thai e-League Pro 2021. Dan masih banyak lagi atlet-atlet eSport kebanggaan Indonesia lainnya.
Dari sana saya mengetahui bahwa para players begitu diperhatikan sampai memiliki akademi atau sekolah tersendiri.
Setiap Anak Berbeda
Perlu kita ketahui bahwa setiap anak memiliki bakat dan minat yang berbeda. Jangankan anak yang cuma sekelas, anak yang kembar pun bisa memiliki minat yang berbeda. Ada anak lebih menyukai bidang sains, bidang sejarah, bidang olahraga, bidang digital, bidang seni, dan masih banyak lagi.
Pertanyaannya adalah, akankah kita mendukung anak kita untuk terus maju dengan pilihannya, atau memaksanya melakukan seuatu pekerjaan yang tidak dia sukai?