Sebelum nikah, kadang ngurus diri sendiri saja asal-asalan. Mau makan ya oke, lagi malas makan ya oke juga, toh yang laper juga diri sendiri, hihi.
Nah setelah nikah nih, mikirin makan bukan hanya untuk diri sendiri lagi saja, apalagi sudah punya anak, kita harus belajar menyiapkan makanan yang disukai suami maupun si anak. Emaknya? Ya harus banyak makan juga biar kuat dan enggak sakit, apalagi jika masih menyusui, hehe.
Selera anak yang belum bisa bicara memang tidak bisa ditebak. Harus trial and error. Beda sama orang dewasa tinggal bilang mau makan apa, sip selesai. Kalau anak yang masih bayi atau toddler, kita harus mencoba menawarkan beberapa alternatif makanan jika makanan yang diberi ditolak, geleng kepala, atau dilepehin.
Itulah salah satu kreaitivitas yang harus diasah oleh ibu-ibu. Yaitu menyiapkan banyak referensi makanan untuk dimakan si kecil, betul apa benar? Anak saya sebenarnya suka makan nasi. Tapi kalau lagi enggak mood, sakit seperti pilek mungkin nasi agak kurang pas di lidah dia. Dia hanya ingin ngemil saja.
Dalam bahasa sekarang dinamakan GTM atau Gerakan Tutup Mulut. Kita sebagai emak punya"tugas penting" bagaimana caranya agar anak mau makan dengan lahap. Kalau enggak, siap-siap ditanyain suami dan mertua kenapa si kecil enggak mau makan.
Terus nanti tetangga juga pada bilang "kok kurusan", ah sudahlah, ceritanya bakal panjang (curhaat haha).
Oke, ada 6 Fakta Mengatasi Bayi GTM yang akan saya bahas di sini :
1. Tenangkan Diri, Ingat Naluri Dasar Manusia
Yang pernah saya pelajari, bahwa naluri dasar manusia yang harus dipenuhi kalau enggak dipenuhi bakal mati yaitu makan, tidur, dan minum. Setiap anak, pasti ada titik laparnya. Coba kita ingat diri pribadi sebagai orang dewasa, kalau enggak lapar tapi dipaksa makan, apakah enak? Tentu tidak.
Jadi coba tunggu anak lapar dulu. Bisa saja dia menolak karena memang belum lapar. Salah satu kemungkinannya ya hehe. Ada saatnya dia akan meminta sendiri. Selama menunggu anak lapar, ada yang benar-benar tidak memberi camilan dulu, ada juga yang tidak tega akhirnya memberikan cemilan pengganti makanan berat. Soal ini akan kita bahas di nomor dua.
2. Karbohidrat Bukan hanya Nasi
Pernah saya baca di salah satu situs tentang nasihat dokter kepada seorang ibu yang mengeluh anaknya susah makan. Kemudian, si dokter mengatakan bahwa ada hal unik dari orang Indonesia.
Mereka "memproklamirkan", kalau setelah makan nasi, baru dikatakan makan yang sebenarnya. Sedangkan makan singkong dan lainnya hanya camilan. Padahal keduanya sama-sama mengenyangkan dan mengandung karbohidrat. Bahkan ada beberapa orang, yang mengandalkan singkong sebagai karbohidrat utama sehari-hari. Roti juga bisa menjadi pengganti nasi lho. Kenapa tidak?