Pelaksanaan Pemilihan Datok Penghulu (Kepala Desa) Paya Ketenggar,Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, kiranya layak disebut sebagai miniatur demokrasi Indonesia.
Pasalnya, helatan pesta rakyat ditingkat struktur pemerintah terendah itu. Tidak menimbul huru-hara. Tidak ada black campign maupun gonjang-ganjing di media sosial. Pertarungannya murni gagsan membangun desa.
Bahkan, calonnya juga berasal dari latar belakang profesi beragam. Kecuali, guru atau tenaga pendidikan yang memang diatur tidak diperbolehkan menjadi calon.
Terdapat pula seorang calon yang usianya cukup muda. Ini menunjukkan proses demokrasi berlangsung secara baik dan tingkat kesadaran politik masyarakat meningkat.
Partisipasi pemilih cukup signifikan mencapai 81 persen. Berbeda dengan sejumlah pemilihan kepala desa lainnya, yang hanya capai 60-70 persen keikutsertaan pemilihnya.
Ketua Panitia Pemilihan Datok Penghulu (P2DP) Paya Ketenggar, Hajarul Aswat, menjadi sosok sentral dalam rangka suksesnya helatan pesta demokrasi itu.
Ia mampu menjadi top manajer bagi tim panitia. Sehingga pendidikan politik dan sosialisasi tentang pemiliham kepada masyarakat terjadi secara baik. Boleh jadiz ia belajar dari pengalaman Pemilu 2019, yang baru usai.
"Alhamdulillah berlangsung dengan aman dan damai. Tertib sekali. Ini tentu berkat kerja keras semua pihak. Termasuk aparat keamanan seperti Bhabinkamtibmas dan Babinsa setempat," ujar Hajarul Aswat, Senin (26/8/2019), disela penghitungan suara.
Dari lima kandidat yang bertarung lewat gagasan untuk memajukan desa tersebut. Tampil sebagai peraih suara terbanyak calon nomor urut 4, Hamdani. Dengan perolehan 330 suara.
Disusul, Fachruzzaman. Calon termuda dengan nomor urut 5. Perolehan dukungan sebanyak 272 suara. Terpaut 58 suara dari Hamdani yang terpilih sebagai Datok Penghulu untuk masa enam tahun kedepan.