Lihat ke Halaman Asli

3 Buku Dari Malaikat

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_135525" align="aligncenter" width="520" caption="gambar dari views.hubpages.com"][/caption] Ada banyak sekali sifat orang arab yang patut ditiru, salah satunya adalah bersedekah. Memang saya akui, khusus untuk sifat satu ini, kesadaran orang arab lebih bagus dibanding kita. Kesadaran bersedekah erat kaitannya dengan kesadaran beragama. Saya tidak lebay karena begitulah fakatanya, setidaknya saya merasakan sendiri bukan hanya sekali tapi berkali kali. Jadi ceritanya kemaren adalah jadwal saya untuk mengunjungi maktabah [toko buku]. Ini sudah jadi kebiasaan saya selama di Mesir. Hampir sekali dalam seminggu atau minimal sekali sebulan saya selalu menyempatkan mampir kesana. Biasanya kalo kantong lagi tipis saya cuma melihat lihat saja, tapi yang pasti saya selalu menyisihkan uang bulanan untuk membeli buku, beruntung saya buka perokok jadi uang saya lebih banyak untuk beli buku. Sesampai disana mata saya berbinar binar karena ternyata hari itu banyak sekali buku baru dan bagus bagus. Naluri  saya bergerak otamatis, saya keluarkan buku catatan dan saya tulis semua buku-buku yang menarik. Disela sela itu saya dihampiri orang mesir, umurnya sekitar 50 tahun berpakaian rapi seperti orang kantoran, dari tadi saya lihat dia hanya duduk kayak bos sambil menyuruh pembantunya atau ajudannya mengumpulkan buku yang dia mau. Saya letakkan buku catatan dan pena dan mulai ngobrol dengannya. Ya obrolan biasa, tanya nama, kuliah, tempat tinggal dan sedang apa disini. Saya jelaskan bahwa saya sedang nulis buku buku yang ingin saya beli. lalu dia tanya, mau saya bantu?. saya paham, maksud bantu disini pasti bukan bantu menulis buku. Saya balik tanya maksud anda mau membelikan saya buku"?. ya kalau kamu mau, jawab dia. Wow. saya bahagia sekali dan langsung saya katakan, "oke saya minta  3 buku saja". dia jawab sambil tersenyum. ya, ambil buku terserah kamu. Saya langsung lihat daftar buku yang saya catat tadi dan saya cari buku yang paling mahal dan paling tebal, sembari sibuk mencari buku, bapak itu juga ikut mencarikan, karena terlalu banyak buku disana jadi saya lupa tempatnya. Akhirnya setelah perhitungan matang dari dua segi diatas saya serahkan 3 buku yaitu Ma'alim tarikh al magrib wa andalus, Failasuf ibn rusd dan Tarikh falsafat al ghorbiya. lalu dia mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan dia berikan kepada saya. Saya lihat puluhan lembar uang pecahan 100 le disana. ohya pantes lha wong dia juga borong buku. Setelah itu Saya ucapkan terima kasih banyak [syukran kasiron], dia menjawab terima kasihlah kepada allah [as syukru lillah]. Disini saya dapat pelajaran berharga bagaimana orang arab menjawab ucapan terima kasih. Memang ada dua ungkapan yang sering dipakai untuk menjawab kalimat tersebut pertama afwan artinya kurang lebih sama dengan bahasa bahasa inggris "you re welcome" atau bahasa indonesia "terima kasih kembali". dan yang kedua, as syukru lillah. Makna pertama kosong dari nilai agama. Makna as syukru lillah adalah segala kekayaan itu hanyalah titipan Allah, dan jika sebagian dari harta itu dibagikan kepada orang lain maka sang pemberi memposisikan diri sebagai perantara bukan pemilik oleh karena itu jawaban yang pas adalah bersyukurlah kepada Allah karena hanya dialah pemilik seluruh jagat raya ini, Dia yang menggerakkan tangan ini untuk memberi, Dia Maha Kaya. Luar biasa, singkat tapi sangat dalam. Setelah itu saya langsung bayar ke kasir dan ternyata uangnya masih sisa. Sisanya itulah yang saya sedekahkan semua kepada orang miskin dan anak jalanan yang saya temui di terminal bis. Saya niatkan sedekah itu untuk bapak tersebut dan saya. Semoga Allah menerima amal baiknya dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selama di bis, saya masih setengah percaya. Koq ada orang sebaik itu, memberi kepada orang yang tidak dikenal lalu menjawab ungkapan terima kasih dengan penuh makna. Begitu tawadu', begitu sempurna, ya mirip malaikat, atau jangan jangan dia malaikat sungguhan yang dikirim untuk membantu saya. ah yang bener aja, tapi saya tidak mengingkari kalau malaikat dan jin juga bisa menyerupai manusia. Hanya Allah lah yang tahu, saya juga yakin banyak orang orang seperti ini jadi tak usah heran. Ketika itu saya berazam kelak suatu hari nanti saya jadi orang kaya atau minimal mampu, saya akan meniru bapak tersebut dengan membelikan buku kepada pelajar karena membelikan buku akan lebih bermanfaat dan berjariyah ilmu. Bukankah hidup hanya sementara, istirahat sejenak di dunia sambil mengumpulkan bekal lalu meneruskan perjalanan yang abadi. Dan sebaik baik bekal adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh selalu mendoakan orang tua. wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline