Kemarin saya membaca transkrip video Prabowo tanggal 25 Juli 2014 secara jelas (bisa dibaca http://dikamarmandi.in/transkrip-pesan-video-prabowo-subianto-25-juli-2014/ ). Sebelumnya saya memang sudah pernah mendengarkan video itu dengan keterbatasan koneksi internet, serta gangguan dari Mama saya yang tidak ingin mendengarkan pidato Prabowo. Sehingga saya tidak sepenuhnya bisa menyimak apa yang dia katakan.
Benar apa yang dikatakan Desi Anwar bahwa Parbowo mengalami Delusi atau Waham. Mungkin masyarakat awam tidak mengerti apa itu delusi? Dan dari Pidato Prabowo itu kita juga bisa menemukan waham atau delusi dari Prabowo. Sebenarnya apa itu Delusi?
Definisi delusi menurut American Psychiatric Association (2000) dalam DSM-IV yang direvisi adalah:"Kepercayaan keliru yang berlandas pada referensi yang tidak sesuai mengenai realitas eksternal yang dipertahankan erat-erat, tidak peduli apapun apapun keyakinan banyak orang dan tidak peduli apapun dasar-dasar dan bukti-bukti nyata tak terbantahkan yang menunjukkan kebalikannya."
Prabowo percaya bahwa dirinyalah yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu. Ketika hasil pemilu versi Quick Count keluar dia menolaknya dan mengatakan menunggu hasil dari KPU. Dan ketika hasil KPU sudah mencapai 90% dia kembali menolak hasil resmi perhitungan. Dan menuduh KPU curang, menuduh KPU bisa dibeli dan juga KPUD bisa dibeli. Sehingga dia menarik diri dari pilpres. Dan bebrapa hari kemudian mengupload video pidato yang menyatakan menolak hasil Pilpres yang dianggap ada kecurangan yang masif di sejumlah daerah.Prabowo mengaku tidak bisa menerima kekalahan karenamenganggap pemilu berlangsung secara kotor.
Beberapa kalimat dalam pidato yang menunjukan adanya wahan atau delusi antara lain :
Waham Persekusi: Keyakinan bahwa dirinya terancam, diawasi, selalu merasa curiga dengan sekitarnya.
Dan dalam hari-hari yang akan datang, setelah kita merenungkan, marilah kita mengambil langkah-langkah untuk menghadapi hari-hari yang akan datang. Saya telah memilih berjuang di atas landasan konstitusional. Saya sangat-sangat sulit menyerah kepada keadaan yang tidak benar dan tidak adil. Saya menilai keadaan ini adalah sarat dengan campur tangan asing. Ada negara-negara tertentu yang ingin Indonesia lemah, yang ingin Indonesia hancur, yang ingin Indonesia miskin. Kita telah mendapat bukti-bukti yang cukup kuat tentang keterlibatan mereka, tetapi tetap kita harus tenang, kita harus sabar, dan kita harus tidak melupakan kekuatan kita sendiri.
Esensi demokrasi adalah pemilihan yang bersih dan pemilihan yang jujur, saudara saudara seklian, dalam pemilihan presidan yang baru lalu, ternyata kita temukan kecurangan-kecurangan yang terlalu banyak, kecurangan-kecurangan yang telalu masif, yang terlalu sistematis. Kita juga mengalami bahwa penyelenggara pemilu tidak adil, memihak salah satu kontestan. Protes-protes kami, himbauan-himbauan kami, sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomer 1 tidak pernah dihiraukan,. Rekomendasi-rekomendasi bawaslu di beberapa tempat tidak pernah diindahkan
Ternyata kalau semua lembaga-lembaga tersebut buntu karena korupsi, karena hakim-hakim sudah tidak punya integritas, hakim bisa dibeli, pejabat KPU bisa dibeli, pejabat KPUD bisa dibeli. Kalau ini semua terjadi, apa masa depan bangsa kita? Di mana bangsa kita bisa bertahan? Gunakanlah akal sehat kita, sungguh-sungguh negara kita menuju kegagalan.
Waham Kebesaran: Yakin bahwa dirinya adalah orang hebat dan terkenal, atau yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan, kemampuan, atau kelebihan istimewa yang tidak dimiliki orang lain.
Saya telah menyampaikan bahwa saya turut berjuang untuk membangun bangsa Indonesia yang demokratis. Komitmen saya kepada demokrasi sudah saya buktikan pada saat saya menjadi seorang panglima di dalam tentara nasional Indonesia. Seorang panglima yang memimpin 33 batalyon tempur. Bisa dikatakan, sepertiga kekuatan tempur angkatan darat berada di bawah komando saya.
Waktu itu saya seorang prajurit, walaupun saya pensiun, semangat keprajuritan saya masih tetap saya pegang. Semangat prajurit TNI adalah tentara rakyat, kita lahir dari rakyat, kita membela rakyat dan kita siap mati untuk rakyat Indonesia. Saya telah membuktikan selama karier hidup saya, berkali-kali saya pertaruhkan nyawa untuk bangsa dan negara saya.
Saudara saudara bisa bertanya kepada mantan anak buah saya yang jumlahnya ribuan, yang berada di mana mana, tanyakan pada mereka, apakah Prabowo Subianto pernah meninggalkan tugas di daerah peretempuran. Saudara saudara sekalian, tanyakanlah pada mereka, apakah dalam pertempuran, saya berada di depan memimpin mereka di bawah desingan peluru, atau apakah saya berada di sebuah markas yang aman di garis belakang
Sebenarnya Delusi ini juga merupakan salah satu gangguan kepribadian. Saya juga melihat Prabowo tidak hanya mengalami Delusi tetapi juga mempunyai kecenderungan gangguan kepribadian antisocial dan histronik.
Antisocial Personality Disorder merupakan pola sikap acuh tak acuh, melanggar hak, dan manipulatif. Mereka yang menderita gangguan ini akan mempunyai gejala seperti mudah tersinggung, impulsif, tidak mau mengakui kesalahan, melanggar norma, tidak mempunyai empati / minim, ceroboh, tidak teratur, serta mempunyai emosi yang melebihi labil.
Dengan terang-terangan melakukan manipulatif dengan membuat Quick Count yang memenangkan diri sendiri. Dan tersinggung ketika dikatakan kalah, mengadakan orasi dan pesta kemengan meskipun belum menang. Tersinggung dan marah dengan beberapa awak media yang dianggap tidak mendukung dia. Tidak mau mengakui kekalahan dan kesalahannya. Tidak mematuhi norma yang telah ditetapkan dalam Pilpres dengan menarik diri ketika tengah perhitungan dan pengumuman oleh KPU. Dia juga sama sekali tidak memikirkan perasaan para pendukungnya yang setia.
Histronic Personality Disorder merupakan gangguan kepribadian dimana seseorang tersebut selalu mencari cara agar dapat menjadi pusat perhatian dengan cara membuat diri terlihat sangat lemah, menjadi korban di depan orang lain. Mereka biasanya cenderung over dramatic dan attention seeking. Mereka juga cenderung mempunyai emosi yang dangkal, sulit berempati atau mempunyai empati yang minim, dan tidak dapat menceritakan secara detail apa yang ia ceritakan.
Kita tentu ingat bagaimana penampilan Prabowo yang menuggang kuda, membawa keris dan suasana theaterikal yang diciptakan untuk menunjang penampilannya. Bagaimana Prabowo dalam beberapa event yang terlihat emosional baik ketika debat capres atau dengan beberapa wartawan yang hendak mewawancarai dia. Bagaimana dia marah-marah seperti anak kecil dalam beberapa interview bahkan ketika interview dengan BBC. Selalu mengaku menjadi korban dari ketidak adilan dan ini juga terlihat dalam pidatonya.
Saudara-saudara sekalian, banyak lawan-lawan saya selalu hendak mendiskreditkan saya. Saya digambarkan sebagai seorang yang haus kekuasan, yang nafsu untuk berkuasa dan saya digambarkan orang yang suka menggunakan kekerasan, yang kejam, dan sebagainya, dan sebagainya
Saudara saudara sekalian, fitnah-fitnah itu adalah bagian yang keji dari politik. Saya minta pada sahabat saya untuk sabar dan tenang, jangan menjadi marah. Kita harus semakin arif, semakin sabar, bukan kita menerima fitnah ini, tapi kita perhitungkan dengan sebaik-baiknya. Dan jangan kita balas kedengkian dengan kedengkian, saya minta janganlah kita balas kejahatan dengan kejahatan, janganlah kita balas fitnah dengan fitnah kembali.
Saya tidak tahu apakah memang Prabowo mempunyai kecenderungan gangguan kepribadian atau salah tim suksesnya dalam menyusun strategi, yang membuat Prabowo seperti mengalami gangguan kepribadian. Kalau memang ini salah tim Prabowo berarti mereka mem-branding Prabowo dengan cara yang salah. Tetapi kalau ini semua murni dari Prabowo sendiri berarti ada kesalahan dalam tes Psikologi yang diadakan oleh KPU. Atau mungkin ada ketakutan dari tim kesehatan KPU yang melakukan tes untuk mengatakan bahwa Prabowo mengalami gangguan psikologis.
Seperti kata Desi Anwar, “Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja hidupnya, dan membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.”
Referensi :
Davison, G.C., Neale, John M., & Kring, ANN M. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9.
Encyclopedia of Mental Disorders. (Desember 2012). Delusional Disorder. Diambil dari http://www.minddisorders.com/Br-Del/Delusional-disorder.html#b
Millon, Theodore, Seth G., Carrie M., Sarah M., & Rowena R. 2004. Personality Disorder In Modern Life. US: john wiley & sons, inc.
Nevid, J., Rahtus S., & Beverly G. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika Aditama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H