Lihat ke Halaman Asli

Poe Three

citizen of the world

Masa Depan Bumi Kita, Resensi Buku "Bumi yang Tak Dapat Dihuni" Karya David Wallace-Wells Bagian 2/2

Diperbarui: 12 Juli 2020   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Uninhabitable Earth -- Bumi yang Tak Dapat Dihuni | David Wallace-Wells | 2019 (Dok; Gramedia Pustaka Utama)

Bagian ini adalah bagian kedua dari part sebelumnya, dapat dilihat di sini.

Wabah Akibat Pemanasan. Seperti manusia, makhluk hidup lain juga memiliki rentang kenyamanan suhu untuk dapat berkembang biak, termasuk kuman, bakteri dan virus

Bahkan di bagian utara bumi, melelehnya es di kutub utara menyebabkan ikut terbawanya virus anthrax yang sempat tertidur selama jutaan tahun, kemudian melanda hewan-hewan di hutan yang berbatasan dengannya. 

Penyakit baru diprediksi bisa terus timbul akibat pemanasan global. Yah, lihat saja kondisi bumi saat ini, Juli 2020 ketika resensi ini ditulis, dengan virus yang bahkan tidak perlu saya sebut namanya, saking bosannya kita dengar namanya di media setiap hari.

Bukan berarti virus yang namanya tak perlu saya sebut ini semata-mata akibat pemanasan global. Saya pribadi tidak memiliki kapasitas atau kredibilitas untuk mengatakan demikian. Namun yang coba saya simpulkan dari bab buku ini bahwa, bisa saja ada hubungan antara makin sering timbulnya penyakit-penyakit baru di abad 21 ini (seperti Flu Burung, Flu Babi, Foot and Mouth Disease, Covid-19) dengan iklim bumi yang kian menghangat. Tentu diperlukan penelitian lebih mendalam oleh para ahli, namun bagi saya ini terdengar cukup logis.

Ambruknya Ekonomi dan Konflik Akibat Iklim. Cukup jelas dari uraian-uraian sebelumnya bahwa kekacauan akan terus terjadi di muka bumi, yang disadari atau tidak berawal dari pemanasan global. 

Beberapa tempat di dunia ini akan lebih terdampak dibandingkan tempat lainnya tergantung kapasitas sumberdayanya, dan itu menyebabkan terjadinya pengungsian (exodus) manusia ke berbagai tempat, yang kemudian juga akan menghabiskan sumberdaya di tempat tersebut. 

Carrying capacity suatu tempat menggambarkan keterbatasan habitat untuk menampung aktivitas manusia sampai titik tertentu. Ekonomi, politik, budaya dan seluruh peradaban manusia akan ikut terpengaruh oleh hal ini. Singkatnya, kita akan mengalami 'rebutan sumberdaya'.

Lalu Bagaimana?

Ketika kita mendapatkan sebuah pengetahuan sudah sepatutnya kita menggunakan pengetahuan itu untuk kita olah, untuk menanggulangi, menghindari, mengurangi, mengantisipasi masalah global yang kita hadapi bersama ini. Namun kenyataannya tidak pernah sesederhana itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline