Fenomena terdamparnya kawanan paus kerap terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Penemuan seekor Paus jenis Sperma di Wakatobi pagi tadi merupakan salah satu contoh nyata.
Sementara pada awal tahun ini, 600 paus pilot terdampar di Selandia Baru. Sekitar 400 di antaranya mati sebelum para relawan bisa mengembalikan mereka ke laut. Dan masih banyak penemuan-penemuan lainnya.
Apakah sebenarnya yang menyebabkan hewan laut, khususnya ikan paus bisa terdampar di pesisir pantai?
Dilansir dari theconversation.com, terdampar beramai-ramai terjadi pada hampir semua spesies paus di samudra. Paus pilot sirip panjang dan sirip pendek cenderung menjadi korban yang paling sering.
Spesies lain misalnya paus pembunuh palsu, paus kepala melon, paus berparuh Cuvier dan paus sperma. Mereka biasa hidup di kedalaman 1.000 meter lebih dan merupakan makhluk sosial.
Mereka membentuk kelompok yang bisa terdiri dari ratusan ekor. Spesies paus yang paling sering terdampar adalah mereka yang hidup di laut dalam, dan di lokasi yang sama, sehingga alam lebih berperan sebagai penyebab dibandingkan manusia.
Paus kerap terdampar di area yang sangat dangkal, dengan lantai laut yang melandai perlahan dan sering kali berpasir. Dengan situasi seperti itu, tidak heran jika hewan-hewan ini, yang terbiasa berenang di laut dalam, bisa kesulitan dan bahkan kembali terdampar bila mereka berhasil mengambang lagi.
Kemampuan ekolokasi yang mereka gunakan untuk membantu navigasi juga tidak berfungsi baik di lingkungan yang demikian. Jadi cukup mungkin bila mayoritas paus terdampar akibat kesalahan navigasi, misalnya ketika mereka memburu mangsa hingga ke daerah asing dan berbahaya.
Selain itu, terdampar secara massal tidak hanya disebabkan oleh tersesat atau kesalahan menentukan kedalaman air. Bisa saja ada satu ekor atau lebih paus yang memang sakit, dan ketika mereka makin lemah, mencari perairan yang lebih dangkal sehingga lebih mudah bernafas ke permukaan.
Selain faktor dari hewan itu sendiri, ulah dari manusia yang kerap membuang sampah sembarangan juga menjadi penyebab paus sering terjebak di pinggir pantai. Seperti kejadian di Wakatobi, ditemukan sekitar 5,9 kilogram sampah di dalam perut paus. Sangat memprihatinkan, bukan?
Banyaknya sampah plastik yang berada di dalam laut menyebabkan paus tidak dapat membedakan mana makanan dan non-makanan akibat tercemarnya lingkungan habitatnya yang menyebabkan disorientasi navigasi pada paus. Hal ini diungkapkan oleh salah satu petugas dari Yayasan Wakatobi, Saleh Hanan.