“...Mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21)
“Carilah kematian, niscaya kau dapati kehidupan” (Abu Bakar).
Pada malam itu (2-9-2011), beberapa kaum laki-laki berkumpul di rumah keluarga tomakula. (tomakula’/tomalassu, secara harafiah berarti orang panas/hangat,adalah sebutan untuk orang yang telah meninggal tetapi belum diacarakan). Kaum laki-laki ini terdiri dari anak-anak tomakula, adik2 tomakula’, ipar dan kemenakan tomakula’. Pembicaraan utama dan pertama adalah menyepakati berapa ekor kerbau yang akan dikorbankan oleh anak-anak tomakula’. Para orangtua memberikan penjelasan mengenai minimal 1 ekor, 3 ekor, dan 7 ekor. Saya sempat bertanya, mengapa minimal 5 tidak disebut? Orangtua menjawab, bahwa jika lima itu dihitung dalam kelompok tiga ekor 3-6 ekor tetap dihitung dalam kelompok 3 ekor), jika 2 ekor dihitung dalam kelompok 1 ekor, jika lebih dari 7 ekor tetap dihitung dalam kelompok 7 ekor. Begitu penjelasan dari orangtua disampingku.
Setelah anak-anak tomakula’ menyanggupi mengorbankan kerbau dalam kelompok 7 ekor, selanjutnya dibicarakan waktu pelaksanaan untuk memindahkan tomakula’ ke rumah tongkonan (rumah adat Toraja). Disepakati saat itu bahwa tomakula’ akan dibawa untuk “lo mandaka’ wai”(mencari air minum). Juga dibicarakan siapa yang akan mengambil bombongan (gamelan), pisang/ubi, dll.
Tomakula’ menjadi Tomate
Pada hari yang telah disepakati membawa tomakula ke rumah tongkonan, keluarga membawa tomakula naik rumah tongkonan. Setelah tomakula dibaringkan di rumah tongkonan, keluarga kemudian berkata kepada tomakula’ “mangiru’komi ke” (mari minum). Setelah beberapa saat, adik tertua tomakula berkata: “nangka siamokomi mangiru’ lee,...oh, na taekmo na mebali, malemoraka ya...maletonganmo ya” (apa sudah minim ya, ...oh, kenapa tidak lagi menjawab, apa sudah pergi...ternyata benar-benar sudah pergi). Keluarga yang menahan diri untuk tidak meningas sejak tomakula dipindahkan ke rumah tongkonan, ketika mendengar “maletonganmo iya” langsung bertangisan. Ini menandai bahwa tomakula’ benar-benar telah menjadi tomate (meninggal dunia). Pada hari itu, bombongan (gamelan) dibunyikan, seekor kerbau dan seekor babi dikorbankan, pisang/ubi dimasak. Ini menandai acara Rambu Solo dimulai. Selanjutnya, membuat pondok dan rangkaian lainnya.
***
Kemana tomate pergi? Ada kehidupan baru dibalik kematian?
***
*Catatan malam atas pembicaraan keluarga yang akan mengadakan acara Rambu Solo di Pedatuan, Buntupepasan, Toraja Utara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H