Lihat ke Halaman Asli

Mayang Efaristalya

Mahasiswi jurusan Agribisnis/Fakultas Pertanian-Peternakan/Universitas Muhammadiyah Malang

Kelompok 80 PMM Bhaktiku Negeri UMM: Hari Raya Karo Desa Gubugklakah

Diperbarui: 30 September 2022   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Dalam Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktiku Negeri Universitas Muhammadiyah Malang di bawah naungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Kelompok 80 Gelombang 08 dibawah bimbingan Ibu Dian Ika Kusumaningtyas M.Pd mengikuti kegiatan Hari Raya Karo bersama warga Desa Gubugklakah yang dimana kami menjadi panitia bekerja sama dengan ketua karang taruna dan para pemuda karang taruna Desa Gubugklakah.

Hari Raya Karo merupakan hari raya kedua setelah Hari Raya Yadnya Kasada tepatnya dilaksanakan di bulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger. Masyarakat Desa Gubugklakah merayakan Hari Raya Karo setelah Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Karo dilaksanakan dengan cara mengubur dua ekor kambing hitam dan putih pada gapura perbatasan sebelum masuk Desa Gubugklakah dan perbatasan sebelum keluar dari Desa Gubuklakah. Setelah itu, kambing tersebut dibungkus kain kafan yang didalamnya berisi kepala, jeroan dan kaki kambing kemudian dimasukan kedalam kendi sebelum dikubur. Daging kambing yang tidak dikubur dijadikan olahan daging pada umumnya yang akan dimakan bersama masyarakat di balai desa. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menjaga keselamatan Desa Gubugklakah.

dokpri

Pada malam Hari Raya Karo dilaksanakan dengan penampilan tari topeng dan pembacaan doa secara supranatural dan secara agamis. Tari topeng yang ditampilkan dianggap sebagai sarana untuk pemanggilan roh-roh nenek moyang atau roh baik untuk masuk merasuk kedalam tubuh para penari, sehingga para pelaku tidak lagi memainkan diri tetapi beralih sebagai wadah (tempat) hadirnya roh nenek moyang. Mereka datang untuk memberikan perbuatan baik atau menerima penghormatan (puja bakti). Pembacaan doa dibacakan secara supranatural yang tujuannya untuk menghargai adat istiadat Suku Tengger dan dibacakan secara agamis yang tujuannya untuk menghargai agama islam yang dianut oleh warga Desa Gubugklakah.

dokpri

Pada hari selanjutnya setelah malam Hari Raya Karo, dilaksanakan arak-arakan dengan membawa tumpeng besar yang berisi buah dan sayur hasil pertanian warga setempat, rute yang mereka jalani yaitu memasuki setiap gang yang ada di desa gubugklakah yang bertujuan untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan warga setempat (membagikan buah dan sayur tersebut) dan rute terakhir berada di Punden. Punden adalah tempat yang dianggap sakral untuk melaksanakan kegiatan adat istiadat Desa Gubugklakah.

dokpri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline