[caption id="attachment_327629" align="alignnone" width="628" caption="http://www.bloomberg.com/news/2014-03-19/dollar-holds-gains-on-fed-rates-as-copper-futures-decline.html"][/caption]
Selama bulan Maret di tahun ini investor asing telah membelanjakan dana portfolionya sekurang-kurangnya netto US$ 1,6 miliar (dengan kurs Rp 11.445 per dollar: Rp 183 triliun) di tiga negara tujuan di Asia Tenggara. Jumlah ini merupakan aliran masuk terbesar semenjak awal tahun 2014 ini.
Dana yang disebut-sebut sebagai uang panas (hot money) ini secara bertahap mengimbangi kembali atas uang panas yang telah lari keluar dengan jumlah sangat masiv – yakni US $ 4,2 miliar - dari regional tersebut, bahkan terbesar semenjak tahun 1999.
Berikut ini adalah nama ketiga negara tersebut beserta faktor-faktor ekonomi/nonekonomi pendukungnya:
1. Thailand
Alasan fundamental: semakin stabil kondisi keamanan negara tersebut, dengan berkurangnya kerusuhan politik (political unrest).
2. Indonesia
Current acount deficit yang semakin mengecil, yaitu dari angka 3,3 % menyasar pada 2,5% di tahun ini.
3. Filipina
Perekonomiannya semakin menguat, dan dianggap akan mampu bertahan menghadapi pengurangan stimulus dari Federal Reserve Amerika Serikat (QE: Quantitative Easing).
Hal ini diindikasikan dengan angka inflasi rate yang cenderung menurun terus-menerus. CPI di bulan Pebruari 2014 adalah sebesar kurang lebih 4,1% bersandingan dengan angka pertumbuhan ekonominya sebesar 6,5% (2013).
Sumber: Bloomberg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H