Lihat ke Halaman Asli

David Olin

Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Prahara di Tempat Tukang Urut

Diperbarui: 16 Juni 2022   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pengalaman mengantar anak ke tukang urut menyingkapkan sebuah celah dalam sistem layanan kesehatan.

Sebelumnya, dalam kepanikan, kami mengantar anak yang mengalami cidera jari ke  IGD RSUD terdekat. Hanya bungkus kalendar (sebagai penahan jari) yang kami peroleh di samping hasil Rontgen.

Penanganan tukang urut keesokan harinya memang tidak mengecewakan. Jari tangan anak laki-laki yang kami antar bisa berangsur lurus meski tak sesempurna dulu.

Tepat seminggu berselang, hari Rabu, kecelakaan kecil menimpa anak perempuan kami; terjatuh di lantai karena licin. Punggungnya terasa sakit 

Antre di depan praktik tukang urut lumayan lama. Sang Tukang Urut menanyakan umur pasien yang kami bawa. 30 menit kemudian, di antara beberapa pasien yang sudah mengantre lebih lama, ia memanggil anak perempuan kami untuk diurus. 

Terdengar celetuk dari bangku depan, "Antre bund, antre!". Tak langsung, tetapi mengena.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline