Lihat ke Halaman Asli

David Olin

Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Konya dan Nilai di Balik Kegagalan

Diperbarui: 19 Mei 2022   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konya yang kita kenal saat ini adalah salah satu kota di Republik Turki. Dalam perjalanan pertama Rasul Paulus dan Barnabas, kota ini bernama Ikonium. Di kota ini, orang-orang Yahudi yang mendengar pewartaan Injil pada masa itu terbelah menjadi dua golongan: pro dan kontra. 

Di kota ini, Rasul Paulus dilempari dengan batu (Kis 14:5-6). Padahal, sebelum bertemu Yesus di Damsyik, Paulus giat melancarkan penumpasan terhadap murid-murid Yesus.

Dalam tradisi Sufi, kota "Konya" punya kaitan erat dengan guru spiritual Jallaludin Rumi yaitu Shams Tabrizi (1185-1248). Di kota inilah Maulana Rumi tutup usia. Jejaknya bisa dilihat di Museum Mevlana (Tempo.co). 

Tak heran, kota ini dijuluki "Negeri Para Sufi". Rumi mengalami keterpisahan yang luar biasa dengan gurunya yang menghilang secara misterius. Meski hanya empat tahun, perjumpaan itu membawa perubahan total pada diri Rumi.

Shams sendiri pernah bersyukur karena doanya tidak terkabul. Ia pernah minta agar pasukan yang dipimpin Nabi mengalami kekalahan. Namun, ia berbalik dan memeluk agama Islam (Kultum Denny JA). 

Dua peristiwa di Konya ini menyimpan pelajaran berharga. Kegagalan dan momen "malam gelap" dalam hidup memiliki nilai edukatif. Kedua orang itu akan bersyukur karena apa yang dulu mereka anggap sebagai keuntungan, kini dianggap rugi. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline