Lihat ke Halaman Asli

David Olin

Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Yerusalem: Kota yang Dibangun di Atas Reruntuhan

Diperbarui: 14 Mei 2022   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yerusalem, Kota Suci bagi tiga agama Abrahamik: Kristen, Islam dan Yahudi yang kita kenal saat ini berdiri di atas puing-puing. Sejarahwan Yahudi, Josephus Flavius, menuliskan peristiwa pengepungan kota Yerusalem oleh pasukan Romawi yang dipimpin oleh Titus dalam karyanya, The Jewish War. Sejak tahun 6 Masehi, Yudea (Yerusalem termasuk di dalamnya) dijadikan sebagai salah satu provinsi di dalam Kekaisaran Romawi.

Alasan pemberontakan orang Yahudi berkaitan dengan jumlah pajak Romawi yang melampaui jumlah persembahan di Bait Allah. Pemberontakan itu dimulai di Masada, situs terkenal yang menjadi ikon perjuangan dan keberanian orang Yahudi.

Kota Yerusalem dikepung sejak tahun 66-70.  Pada 27 Agustus tahun 70, tentara Romawi mendobrak masuk ke Bait Allah yang terlanjur terbakar. Mereka mengeruk emas bait Allah. Gambaran termahsyur untuk peristiwa ini terdapat pada lengkungan monumen Titus. Kota Yerusalem diruntuhkan hingga rata dengan tanah, namun sebagian tembok kota dan tiga menara di istana Herodes masih ada.

Dengan runtuhnya Bait Allah, persembahan kurban tidak ada lagi seperti yang dikatakan oleh penulis Surat Kepada Orang Ibrani. Meski demikian, Yudaisme tetap hidup hingga saat ini melalui kelompok-kelompok diaspora (tersebar di berbagai daerah). Utopia Zionisme keras pada awal abad ke-20 dibalas dengan keras oleh Nazi dan melahirkan peristiwa Holocaust.

Nubuat Tuhan Yesus tentang keruntuhan Yerusalem dicatat dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Bagi orang Kristiani perdana, keruntuhan Yerusalem adalah semacam "gladi bersih" tentang akhir zaman di ujung hidup setiap manusia. Karena itu dapat dikatakan bahwa Yerusalem yang kita kenal saat ini dibangun di atas reruntuhan. "Tak satu pun batu akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain".

Siapa memperebutkan Yerusalem duniawi, sedang memperebutkan batu-batu yang dibangun dari reruntuhan keangkuhan masa lalu. Semoga kita tidak hanya berkutat dengan batu-batu mati, melainkan batu-bata perdamaian dan cinta kasih. Salam, Peace, Syalom!

Sumber:

Lawrance, Paul, Atlas dan Sejarah Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline