Dag Hammarskjold (1905-1961) dikenal sebagai seorang peacemaker. Ia meninggal pada kecelakaan pesawat dalam kunjungannya sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada tanggal 18 September ketika menjadi pemimpin pasukan perdamaian yang diutus oleh PBB ke Kongo. Tiga tahun setelah kematiannya, Leif Belfrage menerbitkan jurnal hariannya yang diberi judul Markings (1964).
Para pembaca buku ini mulai terkejut ketika melihat kualitas hidup batinnya. Bagaimana mungkin seorang yang sangat terlibat aktif dalam kehidupan publik sekelas PBB bisa memiliki relasi yang begitu akrab dan tersembunyi dengan Tuhan?
Hammarskjold menulis, "Pada momen tertentu, aku menjawab Ya pada Seseorang -- atau Sesuatu -- dan sejak saat itu aku yakin seratus persen bahwa keberadaanku di dunia ini bermakna. Karena itu, pengorbanan diriku memiliki sebuah tujuan" (Markings, xi). Ini adalah titik fokus (contemplata, fixed point) yang mengarahkan seluruh dirinya.
Mantan Presiden Amerika, John F. Kennedy menyebutnya sebagai "negarawan terbesar abad ini". Dalam diri Hammarskjold, kita dapat menemukan perwujudan nilai interioritas (hidup batin). Ia adalah tokoh inspiratif yang sangat sedikit dikenal. Selain dalam jurnal hariannya (Markings), salah satu orang yang mengenalnya dengan baik adalah Svan Stolpe, teman masa mudanya.
Tak ada seorangpun yang menyadari kedalaman hidup rohaninya hingga saat kematiannya. Ia melihat bahwa Kristus menderita dan mati demi membawa damai di atas bumi. Hammarskjold tidak menikah. Kemurniannya dapat dirangkum dalam tiga baris puisi yang ditulis Stolpe:
Hidden away the heat (Kehangatan yang tersembunyi) / Transmutes the coal into diamonds (Batubara dijadikannya berlian) / What is a diamond but carbon on fire (Apa artinya berlian jika bukan batu yang membara)
Hammarskjold mewujudkan "bara api" jiwanya ke dalam setiap tindakan pengorbanannya. Sebelum terbang ke Kongo, ia meminta orang memasang plakat sebagai peringatan bagi setiap orang yang ingin menjadi peacemaker:
"Perjuangan perdamaian dan kemanusiaan tidak akan selesai dalam waktu dekat, entah berhasil atau gagal. Dengan segala pahit manisnya, perjuangan itu tidak akan pernah berhenti dan tak pernah ditinggalkan". Sejak tahun 1997, PBB menetapkan "Medali Dag Hammarskjold" bagi para peacekeeper yang meninggal dunia dalam operasi perdamaian di bawah naungan PBB.
Setiap orang yang berkontribusi besar pada masyarakatnya tidaklah selalu identik dengan orang yang hanya fokus pada aktivisme. Sebaliknya, para pembawa damai yang sejati selalu memiliki suatu titik terang yang mereka letakkan "5 cm" di depan matanya.
Titik terang itu menjadi penuntun hidupnya tanpa ada satu orangpun yang tahu. "Jalan harus diikuti, kesenangan harus dilupakan, derita harus ditanggung, kebenaran harus disuarakan, dan tujuan akhir harus dikejar."
Sumber: