Lihat ke Halaman Asli

David Olin

Pemerhati Bahasa, Memberi Hati Pada Bahasa, Meluaskan Dunia Lewat Bahasa

Invasi Rusia dan Boneka Matryoshka

Diperbarui: 1 April 2022   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia terheran-heran melihat invasi Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022. Untuk menjawab keheranan tersebut, saya mencoba membandingkan peristiwa invasi Rusia dengan Boneka Matryoshka yang menjadi salah satu ikon kebanggaan negara tersebut.

Keberadaan Boneka Matryoshka yang terbuat dari kayu ini dapat dirunut hingga abad ke-19.  Boneka ini dibawa dari Jepang oleh Elizaveta Momontova. Boneka Matryoshka pertama diberi nama 'Matrona', yaitu nama kebanyakan wanita Rusia pada masa itu. Nama ini juga dikaitkan dengan kata dalam bahasa Latin, "Mater" yaitu nama bagi ibu dari sebuah keluarga besar. Hingga saat ini, boneka Matryoshka menjadi simbol keberlanjutan kehidupan (https://www.travelallrussia.com/blog/matryoshka-russian-beauty). Satu set boneka kayu ini biasanya terdiri dari tujuh atau lebih boneka kayu dengan ukuran menurun (dari yang terbesar hingga yang terkecil) namun semuanya muat satu sama lain. Setiap boneka susun terbelah menjadi dua di bagian tengah. Jika bagian luar terbuka, boneka kecil lain akan terlihat.

Ada beberapa ciri atau corak mencolok pada aksi Rusia saat ini ketika dibaca dari sudut pandang boneka Matryoshka. Pertama, Rusia bertindak sebagai "ibu" yang berusaha merangkul anak-anaknya (d.h.i. negara-negara bekas Uni Soviet, termasuk Ukraina) ke dalam naungan kekuasaannya. Secara sekilas, Rusia ibarat induk ayam yang mencoba mengumpulkan anak-anak yang tercerai-berai. Akan tetapi, ambisinya justru merugikan bahkan menghancurkan kehidupan anak-anaknya.

Kedua, Boneka Matryoshka sangat tepat menggambarkan keberlanjutan mentalitas kepemimpinan Rusia. Di dalam diri Putin, kita dapat melihat adanya pengaruh Vladimir Lenin dan Joseph Stalin, minimal dalam upaya mempertahankan kekuasaan dengan adanya unsur kekerasan. Dapat dikatakan bahwa realitas perang Ukraina-Rusia bersifat mendua. Sisi "keberlanjutan kehidupan negara-bangsa" mengalami tegangan (tension) dengan sisi "terputusnya kehidupan individu-individu partikular."

Boneka kesayangan negara Rusia kini terancam retak dan hancur berkeping-keping karena konflik bersenjata. Negara-negara bekas Uni-Soviet sepertinya tidak mudah untuk dijadikan "boneka-boneka kecil"-nya Rusia. Saya tidak akan menjadi hakim yang menilai baik-buruknya tindakan invasi Rusia karena hal itu berada di luar kemampuan saya untuk menilai ruwetnya situasi geo-politik-ekonomi di antara negara yang sedang berperang. Saya hanya mencoba memberikan usulan deskriptif mengenai cara melihat mentalitas Rusia dari salah satu ikon negara ini. Silahkan pembaca yang budiman merenungkannya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline