Meditasi tidak menjauhkan diri dari dunia, tetapi berusaha membawa kesadaran akan Tuhan di tengah dunia sehingga seluruh aktivitas harian menjadi suci. Kebiasaan meditasi membangun kesadaran dan memelihara ketenangan batin di tengah arus kesibukan. Sebelumnya, saya pernah membagikan tulisan tentang meditasi Kristiani bersama St. Fransiskus dari Sales. Kali ini, saya akan membagikan renungan saya tentang meditasi berdasarkan bacaan Injil tentang Maria dan Marta.
Saya mengandaikan para pembaca sudah pernah mendengar atau membaca kisah dua saudari ini. Seringkali Marta diidentikkan dengan "pelayanan", sementara Maria diidentikkan dengan "doa". Namun, jika demikian, mengapa Yesus kelihatannya "lebih memihak" Maria dibanding Marta? Saya akan memberikan dua alternatif jawaban.
Pertama, tuan rumah yang sesungguhnya adalah Marta karena ia 'menyambut Yesus di rumahnya'. Ketika Yesus datang, ia sibuk dengan berbagai perkara. Marta malah menyuruh Sang Tamu Agung untuk membantunya, semacam bentuk protes yang kurang sopan. Sementara itu, Maria 'duduk di dekat kaki Yesus dan mendengar-Nya berbicara.' Jika dilihat lebih dekat, Maria tidak mengatakan apa-apa selama adegan tersebut.
Kedua, Marta kelihatannya sibuk dengan berbagai perkara, sementara Maria mendedikasikan diri pada satu hal yang esensial, yaitu mendengarkan Sabda Tuhan. Karena itu, bacaan ini juga bisa menunjuk pada satu hal yang esensial di antara hal-hal lain yang juga tidak kalah pentingnya. Seorang yang 'merendahkan diri' di hadapan Tuhan tidak akan takut untuk 'berdiri' ketika menghadapi dunia.
Apa pelajaran yang dapat dipetik dari kedua allternatif ini? Kehidupan seorang Kristiani merupakan perwujudan misteri inkarnasi. Dalam setiap kegiatan yang dianggap "duniawi, profan", manusia diundang untuk menemukan "yang kudus, surgawi dan suci". Kalaupun tak ada yang suci di dunia, adalah tugas seorang beriman untuk membawanya ke tengah dunia. Namun, perlu diingat bahwa kenyataan batin ini bersifat personal dan tidak bisa dipaksakan pada pribadi yang lain.
Tanpa kedekatan dengan Tuhan (baca: tanpa Kasih), segala karya dan upaya akan terasa kurang bernilai. Mari kita menimba inspirasi dari Maria dari Betania. Ia tidak lari dari kenyataan sukarnya hidup. Sebaliknya, ia datang dan mendengarkan Yesus karena ia tahu bahwa tanpa Tuhan, manusia hanya akan membawa kehancuran bagi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H