Lihat ke Halaman Asli

DUNIA TANPA EMISI

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jika diurutkan ternyata Indonesia menempati urutan ke empat dunia penyumbang emisi. Ketika membaca artikel itu dalam benak saya langsung muncul kata ……mengerikan, .....trus berfikir kasihan anak cucuku nanti.

Saya jadi teringat ibuku, aku juga tidak tahu kenapa tiba tiba aku teringat ibuku, entah sejak kapan beliaunya selalu memisahkan sampah non organik dan organik. Sampah organik seperti sayuran, kulit buah, oleh ibuku selalu dibuang di pot tanaman hiasnya, pohon mangga, dan belimbing. Selain memisahkan sampah ibuku juga selalu menampung air cucian beras kemudian disiramkan di tanaman tanamannya yang membutuhkan nutrisi, seringnya disiramkan pada anggreknya. Dan hasilnya banyak teman ibuku yang bilang kalau tanamannya terlihat sehat dan gemuk.

Dalam memilih detergen ibuku selalu memilih detergen yang menghasilkan limbah cucian tidak merusak air tanah. Maka dari itu ibuku sangat loyal pada merek tertentu. Dan beliaunya juga tidak membuang bungkus bekas detergen tersebut, katanya nanti akan aku jahit menjadi tas dan aku bagi bagikan ke tetangga. Padahal waktu ibuku sudah habis untuk merajut, kapan menjahitnya, pikirku

Kepadaku ibuku selalu cerewet dan mengatakan berulang ulang, tentang tiga hal diatas membuatku terus teringat dan akhirnya menjadi kebiasaanku memisahkan sampah organik dan sampah non organik, menampung air cucian beras dan memilih detergen yang ramah lingkungan

Membayangkan masa depan aku jadi teringat negeri Samudra dalam novel trilogy Seven of Wind yang aku tulis. Ketika menuliskan negeri Samudra aku tidak melupakan kerusakan alam yang sudah terlanjur terjadi, tapi aku menambahkan bagaimana pemerintah Samudra mempertahankan ekosistem dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan. Hmmmm…negeri hayalanku yang indah…..

Dan akhirnya aku jadi ingin menuliskan semboyan save earth yang sudah di tulis berulang ulang di banyak media masa, blog dan jejaring sosial, semboyan itu adalah:

Jika sungai terakhir telah tercemar, jika ikan terakhir tertangkap, jika pohon terakhir telah ditebang maka manusia baru sadar bahwa mereka tidak bisa memakan uang

Yuuuuk menyelamatkan bumi dimulai dari keluarga…….

salam go green

Pipit Di

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline