Lihat ke Halaman Asli

PKMRSH Hisprofisbaya

Universitas Gadjah Mada

Keberhasilan UMKM dalam Memanfaatkan Simbol Sura dan Baya untuk Peningkatan Pendapatan: Perlu Dioptimalkan!

Diperbarui: 22 Juli 2024   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Kota Surabaya dikenal sebagai tempat lahirnya sejarah keberanian, seperti peristiwa 10 November yang menjadi simbol keberanian warga setempat. Simbol kota ini yaitu Sura dan Baya memiliki makna historis dan filosofis, dan bagian dari jiwa masyarakat Surabaya. 

Menurut Peirce (2014), simbol adalah serangkaian tanda yang mewakili suatu kelompok dan disepakati bersama. Simbol dapat digunakan secara praktis maupun filosofis, Simbol yang bersifat praktis sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya simbol dalam ilmu matematika, simbol-simbol dalam operasional komputer dan teknologi. 

Selebihnya, simbol Sura dan Baya dalam konteks kemasyarakatan bukan hanya sekadar simbol yang identik dan dipakai secara praktis. Namun, simbol ini juga termanifestasi dalam kultur masyarakat Kota Surabaya yang kompetitif. 

Keberanian ini juga mencirikan kultur kompetitif masyarakat Surabaya, yang terbukti melalui jumlah UMKM yang tinggi di kota tersebut. Jika dikaitkan dengan geografis, keberanian itu juga termanifestasikan dalam kultur masyarakat Kota Surabaya yang menunjukkkan keberanian akan melanjutkan hidup di kota metropolitan seperti Surabaya dan bersaing dalam pemerolehan kualitas hidup yang baik sebab tidak mudah untuk bertahan hidup dalam kota besar yang kompleks.

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada Hisprofisbaya mencoba mengulik bagaimana hubungan antara simbol tokoh Sura dan Baya, nilai historis-filosofis, dan nilai tambah produk melalui penelitian lapangan secara langsung di kota Surabaya. 

Penelitian yang dilakukan oleh tim PKM-RSH UGM Hisprofisbaya tersebut dilakukan dengan tujuan mengungkapkan makna simbol tokoh Sura dan Baya secara historis dan filosofis, mengungkapkan pengaruh antara pemanfaatan simbol Sura dan Baya terhadap peningkatan nilai jual produk khas Surabaya dan mengungkapkan strategi yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan penggunaan simbol Sura dan Baya pada produk khas Surabaya.

Tim PKM-RSH UGM Hisprofisbaya tersebut berhasil menemukan makna simbol Sura dan Baya secara historis-filosofis melalui wawancara dengan komunitas pegiat sejarah di Surabaya, yaitu Begandring. 

Salah satu tokoh pegiat sejarah, Bapak Kuncarsono dari Begandring mengungkapkan bahwa simbol tokoh Sura dan Baya bukan diambil dari dua hewan seperti asumsi masyarakat umum "Simbol Sura dan Baya itu bukan dari diambil dari hewan ikan dan buaya namun diambil dari bahasa jawa kuno Sura yang berarti berani dan Baya berarti bahaya yang jika dimaknai artinya berani melawan bahaya, seperti halnya nama seseorang misalnya saja Surapati yang berarti berani mati" begitu ucap Bapak Kuncarsono menjelaskan.

Lalu beliau melanjutkan bahwa terdapat grup musik yang memvisualisasikan pertama kali simbol Sura dan Baya tersebut pada pening peringatan 10 tahun mereka. 

"Cerita rakyat Sura dan Baya sebagai dua hewan diceritakan oleh GH. Von Faber yang nantinya divisualisasikan pertama kali oleh grup music St. Caecilia pada tahun 1860-an dalam pening peringatan 10 tahun grup mereka dan simbol yang berupa ikan hiu dan buaya itu booming," kata Bapak Kuncarsono. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline