"MINDFUL TRAVELING : Create your own life-changing traveling experience"
Terjemahannya adalah "Perjalanan Berkesadaran". Saya juga menyebutnya "Perjalanan Mental" (kata lain dari "pikiran") karena "mental" adalah : cara berpikir manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal".
Merupakan "Next level" dari Traveling, bukan sekedar perjalanan wisata, tapi juga "perjalanan spiritual". Bisa menjadi perjalanan mencari makna hidup atau jati diri.
Ada 3 gagasan tentang
"Mindful Traveling" :
1) Sadar sepenuhnya dalam momen traveling. "Hadir" secara fisik dan mental (tidak sedang liburan, tapi pikiran masih memikirkan pekerjaan kantor atau urusan di rumah).
Jangan merisaukan yang kemarin atau hari esok, fokus saja pada saat ini karena dapat traveling itu suatu karunia yang patut disyukuri. Memandang " saat ini" (present) sebagai "hadiah/karunia" (present).
Faktanya, banyak orang ingin traveling tapi tak punya dana. Punya uang tapi tak ada waktu luang. Oleh karenanya "Enjoy the moment", seize the day (carpe diem) ... Caranya carilah hal-hal yang menarik, unik dan yang berbeda dengan di daerah asal. Sejatinya dunia ini indah, ada keindahan di mana-mana... banyak hal di tempat traveling itu menarik... kecuali bagi yang tidak tertarik.
2. Beradaptasi (Menyesuaikan diri) secara optimal di lingkungan baru : Jangan "jaga jarak" apalagi "menghakimi" dengan sudut pandang kita. Tapi membaurlah (blend in). Berusaha menjadi "bagian" kota / negara itu.
Sebagaimana peribahasa 'When you are in Rome, Do as Roman do". Ketika di Bali, jangan masih pakai sudut pandang orang Jakarta, cobalah berpikir dan berperilakulah "seperti" orang Bali.
"Respect the Locals". Caranya berkenalanlah dengan warga setempat, pelajari dan praktekkan bahasa lokal khususnya kata- kata percakapan dan memakai atribut pakaian adat (misal blangkon Jawa dan Udeng Bali). Penting juga untuk "wisata kuliner" dengan berani mencoba dan mengapresiasi kuliner khas setempat