Lihat ke Halaman Asli

Pandji Kiansantang

"Bahagia Membahagiakan Sesama"

Kisah Sedih Masa SMP @ Reuni

Diperbarui: 5 Juni 2022   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

38 tahun sesudah lulus SMPN 1 Cikini pada 1984, bertemu lagi di Melly's Garden, Kebon Sirih. 

Karena saya kurang berinteraksi mereka setelah lulus, begitu banyak wajah yang kurang kukenali. Ada yang wajahnya samar2 kukenali namun namanya lupa. Ada yang nama panggilannya kuingat agak ingat tapi lupa orangnya. 

Tapi ada "familiar faces", khususnya alumni SMPN 1 yang dulunya sama2 bersekolah di SD Besuki. Ada yang dulunya Ketua Klas sekarang jadi saudara karena perkawinan (kakak sepupu istriku). Ada yang dulunya "selebriti sekolah" dan kini masih berpenampilan seperti itu.

 Kubertanya pada diri sendiri  kenapa kenangan lama di SMPN 1 itu tidak secemerlang kenanganku di UI, SMA Sumbangsih, bahkan di SDN 01 Besuki. Sebetulnya masa sekolahku di SMP itu baik2 saja. Prestasi belajarku baik. Memang tak ada kenangan cinta remaja di sekolah karena aku "telat beger" : baru pacaran menjelang lulus kuliah di UI. 

Bahkan ada kebanggaanku menjelang lulus SMP... suatu prestasi yang tergolong "luar biasa" : menulis Buku "ISLAM DI INDONESIA"... Suatu tinjauan komprehensif sejarah Islam di nusantara dari berbagai aspek (Islam sebagai Agama, Sistem Politik, sistem hukum, Budaya). Saya riset medalam selama 3 bulan sebelum kenaikan klas.

 Tahun 1984 di saat belum ada internet, saya mencatat data-data di Perpustakaan Nasional, Museum Nasional dan perpustakaan sekolah yang gelap - yang "merusak" mataku sehingga membuatku harus pakai kacamata. 

Ketika Buku dalam ukuran folio yang dijilid itu akhirnya selesai, betapa puasnya diriku. 1 eksemplar buku itu kuserahkan sebagai kenang2an ke Wali Klas Pak Koes dan 1 untuk Perpustakaan SMPN 1. Beberapa bulan kemudian hak cipta buku itu kujual pada Penerbit. Ya, pada tahun 1984 di usia 16 tahun, saya telah menjadi PENULIS yang bukunya dibeli oleh penerbit. Ada rasa kebanggaan mampu MENELADANI jejak Papa, H. Pandji Denny (saat itu pejabat tinggi Depnaker RI) yang telah menulis Buku "AGAMAKU ISLAM". 

Ternyata setelah itu hidupku tidak sama lagi... Diriku menjadi "besar kepala", merasa dapat cari uang sendiri sehingga menjadi "pembangkang" di sekolah dan di rumah. Masa SMA-ku bukan kehidupan pelajar biasa, tapi penuh dinamika : ditempuh 3 sekolah (SMAN 68 Salemba, sekolah malam TMD di Menteng dan SMA Sumbangsih di Setiabudi) sebelum akhirnya insyaf dan fokus belajar pada akhir klas 3. "Happy ending" menjadi Juara Umum sekolah dan satu2nya siswa yang lolos ke UI. 

"Prestasi" menulis buku di klas 3 SMP harus "dibayar" dengan menjauhkan diri dengan teman2 SMP. Saat mereka bergaul ria, diriku berkutat sendirian di perpustakaan tua untuk membaca buku-buku lama. Setelah kupikir-pikir ternyata AKAR PENYEBAB "ketidakbahagiaanku' selama di SMP adalah peristiwa traumatis : peristiwa perkelahian dengan sahabatku sejak di SD Besuki.

Gara-garanya kelihatannya "sepele", lagi bercanda, ia mengatai-ngataui orangtuaku (sebenarnya itu gaya becanda ABG saat itu). Mungkin karena lagi badmood, saya tidak terima dan langsung menonjoknya, lalu kami berkelahi di depan klas di lantai gedung SMPN 1. Akibat tersulut emosi ("sumbu pendek") persahabatan kami putus... sesuatu yang kusesali hingga kini. Sejak itu kebiasaanku sejak klas 6 SD suka BERKELAHI (jagoan-jagoanan), berhenti. Kapok, insyaf.. Hingga sekarang, saya TAK PERNAH berkelahi fisik lagi... 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline