Koruptor dikorting hukumannya oleh pengadilan...
Mensos koruptor dikasihani hakim karena sudah dibully masyarakat...
Bantuan sosial untuk rakyat kecil disunat di sana sini...
Para pejabat curi start booster vaksin di saat mayoritas masyarakat belum divaksin...
Ingin kumaki mereka dengan kata-kata kasar berisi penghuni kebon binatang...
Jika ada di depan mata, ingin kuludahi mereka yang jadi biang kerok kesengsaraan rakyat...
Ingin kusumpahi mereka agar dilaknat dan diazab yang pedih di dunia dan di akhirat...
Korupsi, kolusi, penindasan dan ketidak adilan merajalela...
Perasaan marah, benci, muak menggumpal. Meningkatkan frustasi, stres, depresi...
Semakin menyiksa dengan perasaan tak berdaya... tak dapat berbuat apa-apa untuk merubah keadaan... Hanya bisa meratapi "begini banget nasib negeriku"
Seakan tiada hari tanpa berita buruk. Dimana para orang baik, dimana para pahlawan pembela kebenaran?
Semakin banyak tahu, semakin galau...
Makin mengikis harapan akan hari esok yang cerah.
Membuat zaman kegelapan makin pekat...
Hati boleh panas, tapi kepala harus dingin.
Semua hal kubenci itu sesungguhnya ada di luar kendaliku.
Yang bisa kukendalikan hanyalah responsku pada kejadian di luar sana. Introspeksi, mawas diri, memperbaiki kualitas diri.
Saya hanya 2 pilihan: membiarkan dunia yang "terbakar" itu ikut masuk membakar hati dan pikiranku. Membiarkan
gonjang ganjing dunia ikut memporakporandakan diriku. Atau membentengi diri dari "sampah dunia luar".
Marah-marah dan mengeluh mungkin bisa sedikit melegakan hati, meluapkan perasaan, melampiaskan emosi sesaat. Mungkin ada yang bersorak menyemangatu... yang membuat gelora itu semakin menjadi-jadi.
Tapi sesungguhnya itu tidak menyelesaikan masalah. Yang kacau akan semakin kacau. Yang buruk akan semakin buruk.