Lihat ke Halaman Asli

Pandji Kiansantang

"Bahagia Membahagiakan Sesama"

Meniadakan "Post Power Syndrome"

Diperbarui: 28 Agustus 2021   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Dulu ketika berkarir selama 21 tahun di sebuah perusahaan besar, saya bagai "orang penting" (VIP). Dikenal oleh seribuan karyawan, dari Direksi sampai Satpam. 

Berjalan di lingkungan perusahaan pasti ditegur sapa. "Siapa yang tidak kenal dengan Pak Pandji" ? begitulah yang dikatakan banyak orang di perusahaan.

Sampai 3 tahun lalu, saya memutuskan untuk resign dan "Hijrah" ke Bali sejak 2 bulan lalu. Saya sudah siap secara mental untuk itu. Sebagai Corporate Culture & CSR Manager yang sering mengajar di perusahaan, saya selalu bilang ke karyawan bahwa hidup ini bagai "rollercoaster"... ada waktunya kita "di atas" dan ada waktunya kita "di bawah". 

Masa kejayaan itu dipergilirkan di antara manusia. Makanya ketika lagi menjabat, jangan jumawa dan sombong. Harus rendah hati (low profile) dan banyak membantu orang-orang yang "di bawah" karena bagaimanapun kita bisa berada "di atas" itu karena bantuan dan dukungan dari bawahan kita.

"From Somebody to NObody". Kini di Bali, saya "bukan siapa-siapa"... hanya dikenal sebagai seorang "Turis dari Jakarta". Buat saya, tidak dikenal justru membuat gerak lebih leluasa dan hidup lebih nyaman. Merdeka beraktivitas dan berekspresi... menjadi "Manusia Merdeka"...

"From Hero to Zero"... belajar "menihil-kan diri". Mengosongkan cawan ilmu di diri sehingga dapat mengisi berbagai ilmu baru dalam kehidupan. Ketika "Murid" siap, maka "Guru" ada dimana-mana... Babak baru petualangan hidup yang mengasyikkan dimulai!

Apakah saya mengalami "Post Power Syndrome"?... apaan tuh? Yang ada pada saya setelah tidak menjabat adalah "Post Power Happiness"!

Benarlah kata pejuang H. Agus Salim "Memimpin adalah Menderita". Begitu besar Amanah dan Tanggungjawab, serta begitu besar harapan pasa diri kita dari orang-orang yang kita pimpin. Overwork, overthinking tidak terhindarkan. 

Apalagi jika kita berorientasi pada bawahan, selalu memikirkan bagaimana memajukan dan membahagiakan mereka (sangat beda jika berorientasi pada kekuasaan dan jabatan... lebih menjadi "Boss" daripada "Pemimpin").

Jabatan dan Kekuasaan itu Amanah (kepercayaan) temporer, "titipan" sementara. Jangan sampai kecanduan sehingga "haus kekuasaan" dan "gila jabatan"... jika itu yang terjadi, ketika sudah tidak lagi menjabat dan pensiun, akan menderita "post power syndrome"...  merasa tidak lagi dihormati dan dihargai, merasa "kecil" karena tidak dianggap lagi "penting".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline