Seorang Pria dewasa ada di Bali SEORANG DIRI selama 70 hari? Wow enak banget. Bebas lepas... Pasti punya "affair" atau "pacar Bali".... Itulah becandaan dari beberapa teman terhadap keberadaanku saat ini.
"Kecurigaan yang beralasan"... Apalagi melihat jejak aktivitasku di medsos yang traveling ke sana kemari dan banyak berkenalan dengan "kawan baru" (penerapan prinsip networkingku di Bali "One Day, One New Friend")... termasuk dengan sejumlah wanita di Bali, turis maupun warga lokal.
Terhadap "tudingan miring" ini saya hanya tersenyum dan memilih "tak membela diri". Ketika Anda memposting aktivitasmu di medsos (bagiku Medsos adalah "Jurnal aktivitas Harian"), maka Anda "membuka diri" untuk dinilai dan dikomentari oleh orang lain... termasuk yang nyinyir dan julid sekalipun. Ketika "meng-ekspos diri", Anda TIDAK berhak marah atas penilaian orang lain, termasuk yang "menghakimi". Itu sesuatu yang di luar kontrol kita.
Saya pribadi memilih diam pada "apa kata orang", terlebih pada mereka yang tak dikenal. Walau terkadang merasa SEDIH jika ada orang yang saya anggap teman baik, justru memberikan penilaian yang "miring". Ada sebersit kekecewaan di diri "kok dia gak ngerti gue sih"... Ya sudahlah...
Kembali ke pertanyaan awal... apa saya - yang seorang diri dan jauh dari istri di Jakarta - PUNYA "affair" atau menyemai cinta kasih di Bali? Jawabannya, semua tergantung NIAT kita.
Saya di Bali karena "Hijrah" mencari nafkah... bukan untuk liburan bersenang2 atau "lari" dari masalah dalam perkawinan. Ke Bali pun atas DOA RESTU Istri. Apakah saya akan menjaga amanah "kepercayaan" dari Istri atau justru "khianat" menyalahgunakan kepercayaan itu ? "Aji mumpung", kapan lagi ada kesempatan seperti ini? Atau sebaliknya seperti judul sebuah lagu "Mencoba untuk Setia" ?
Jujur saya adalah Pria NORMAL, yang suka melihat keindahan, termasuk kecantikan wanita. Ketertarikan itu ada. Naluri Pria itu bergelora dalam diriku. Terkadang kesendirian dan kesepian di tempat-tempat yang indah membuatku "tergoda".
Alhamdulillah, saya masih tahu BATASAN dan sejauh ini mampu mengontrol diri. Apalagi tidak minum alkohol dan menghindari "dugem" (setelah maghrib, saya selalu masuk ke kamar hotel untuk beristirahat) menghindariku untuk "lepas kontrol".
Memilih untuk intens menjalin LDM (Long Distance Marriage) dengan istri di Jakarta melalui Video Call SETIAP HARI supaya "jauh di mata, tetap dekat di hati".... Kesetiaan kita benar-benar DIUJI pada saat suami dan istri hidup terpisah. Semoga saya "lulus ujian" ini.
Di "Pulau Surga" Bali, kita memang dapat menemukan "Surga Dunia" maupun "Neraka Dunia"... Jika punya uang, kita bisa merasakan berbagai kenikmatan duniawi "tanpa batas". Mengumbar nafsu, melampiaskan hasrat, menikmati petualangan "hedonis" untuk mencari "kebahagiaan semu".