Lihat ke Halaman Asli

Pandji Kiansantang

"Bahagia Membahagiakan Sesama"

Belajar dari Hitler

Diperbarui: 2 Agustus 2021   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat 87 tahun lalu, 2 Agustus 1934 Adolf Hitler yang sebelumnya menjadi Kanselir (Perdana Menteri) menjadi Kepala Negara Jerman. Bergelar "Fuhrer" (Pemimpin Tertinggi) Hitler memimpin Jerman selama 12 tahun (1933-1945) sebagai Diktator yang membawa Nazi Jerman mengobarkan Perang Dunia Kedua (1939-1945). Akhir kisahnya sudah kita ketahui, Jerman kalah perang dan Hitler bunuh diri. 

Satu pertanyaan besar, MENGAPA bangsa se-intelek Jerman (salah satu pusat peradaban modern Eropa) "kok mau-maunya" tunduk didikte oleh sang megalomaniak? Bahkan mereka "rela" digiring menuju  kehancuran pada akhir perang besar itu...

 Jawabannya adalah Hitler dianggap sebagai "Savior" (PENYELAMAT) Bangsa Jerman. Kekalahan Jerman pada Perang Dunia Pertama (1914-1918) menyebabkan kehancuran ekonomi yang berakibat munculnya jutaan pengangguran. Dari Kekaisaran Jerman yang disegani pada awal abad ke-20, pasca 1918 Jerman sekonyong-konyong menjadi bangsa "pecundang" dan negara miskin. 

Pada titik nadir itulah muncullah Adolf Hitler sebagai pendatang baru di dunia politik. Ideologinya yang diekspresikan dalam Buku "Mein Kampf" (Perjuanganku) disambut hangat rakyat Jerman. Ternyata Hitler tak hanya jago berpidato, tapi mampu mengeksekusi ide-idenya. Bukan hanya berwacana layaknya politisi pada umumnya, tapi mampu bertindak sebagai Negarawan yang memberikan SOLUSI bagi bangsanya. 

Dengan brilyan, Hitler membuka lapangan pekerjaan massal dengan berbagai proyek PADAT KARYA. Dimulailah "Autobahn" pembangunan infrastruktur besar-besaran yang membangun jalan raya yang menghubungkan seluruh wilayah Jerman. Ini mendorong Industrialisasi dalam skala massif. Berbagai pabrik bermunculan termasuk industri militer. 

Efeknya sungguh menakjubkan. Kebijakan "terobosan" Hitler ini menyerap jutaan tenaga kerja. Angka pengangguran turun drastis, kemiskinan massal berubah menjadi kemakmuran. Pada pertengahan 1930-an Jerman mengalami KEMAKMURAN yang belum pernah dialami sebelumnya. 

Pantas saja rakyat Jerman "jatuh cinta" pada Hitler. Ia menjadi idola... pemimpin yang bukan hanya memberikan JANJI, tapi BUKTI. Hitler mampu membuktikan kualitas KEPEMIMPINAN yang teruji pada masa KRISIS... mampu membawa bangsa Jerman KELUAR dari Krisis Ekonomi dan Sosial-Politik yang kronis dan hampir menghancurleburkan negara itu. Akibatnya bangsa Jerman merasa "berhutang budi" pada Hitler dan yakin bahwa Pimpinan Nazi itu dapat membawa Jerman pada puncak kejayaannya dalam "Third Reich" (Kekaisaran Ketiga). 

PELAJARANNYA : Semua Pemimpin saat Pandemi ini perlu BELAJAR dari Hitler, bukan dalam hal-hal yang negatif... Tapi dari kemampuannya memberikan SOLUSI pada bangsanya. KUNCINYA adalah Pembukaan Lapangan Kerja secara massif di saat terjadi pengangguran massal. Itulah yang menjadikan Hitler "from Zero to Hero". Jadi, mau jadi Penyelamat Bangsa, tirulah Hitler...

 *Pandji Kiansantang, 2 Agustus 2021 @ Denpasar, Bali 

#hitler #adolfhitler #jerman #nazijerman #pemgangguran #lapangankerja #kepemimpinan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline