Lihat ke Halaman Asli

Pandji Kiansantang

"Bahagia Membahagiakan Sesama"

Bulan Sepuluh

Diperbarui: 1 Oktober 2020   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Selamat datang Oktober, Bulan Kesepuluh .. Dulu waktu kita sekolah, disebutkan... Sembilan adalah nilai tertinggi untuk siswa, Sepuluh adalah angka untuk Tuhan... 

Sepuluh... Angka Tuhan, Level tertinggi bilangan... Angka Sempurna, dan Kesempurnaan itu milik Tuhan, sedang manusia itu penuh kekurangan... 

Manusia itu penuh dengan harapan dan ambisi, Pintar membuat rencana hebat...  Cita-cita setinggi langit... Tapi yang berlaku, tetap saja : Manusia merencanakan, Tuhan yang Menentukan...

Sampai setahun lalu, kesombongan manusia sampai pada puncaknya...Kemajuan teknologi sangat pesat. Semua yang dulunya hanya fantasi, kini menjadi kenyataan...

Handphone yang semakin kecil, tipis dan canggih. Mobil yang dapat berjalan sendiri... Robot bukan hanya untuk industri, tapi untuk melayani rumah tangga. Traveling bukan lagi keliling dunia, tapi akan ada jasa traveling ke  bulan dan luar angkasa... 

Artificial Intelligent, Kecerdasan Buatan yang akan menggantikan tenaga manusia. Rekayasa genetika yang makin canggih. Cloning, menduplikat manusia tinggal selangkah lagi.. Dengan jumawa berwacana tentang lompatan peradaban dari Revolusi Industri 4.0 menuju 5.0... 

Tapi virus Covid-19 tahun ini mengubah semua itu. Alih-alih lepas landas menuju Revolusi Industri 5.0, yang ada peradaban manusia terancam nyungsep ke "ground zero"... bahkan bisa mundur kembali ke "titik nol"...

 Hingga kini sudah ada 34 juta kasus terinfeksi dengan angka kematian tembus 1 juta korban jiwa di seluruh dunia. 

Di hadapan virus yang mahakecil dan tidak kasat mata ini, kesombongan manusia runtuh... Semua rencana berantakan. Semua pencapaian teknologi seakan tiada gunanya, un-faedah, dalam melawan virus. 

Komputer supercanggih, Kecerdasan Buatan,  Rekayasa Genetika, otak brilyan para ilmuwan dan teknokrat seakan lumpuh, bertekuk lutut di hadapan penyakit  "semacam flu" ini. Alutista dan teknologi militer secanggih apapun tidak mampu memenangkan "perang" melawan virus ini. Bom Nuklir mungkin bisa menghancurleburkan suatu negara, tapi tidak bisa apa-apa untuk menangkal serangan virus ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline