Siang ini di CNN, Penulis baru saja menyaksikan "US Presidential Debate 2020" ronde pertama yang "seru". Rencananya akan ada 3 kali debat Calon Presiden dan 1 kali debat calon Wakil Presiden sebelum tanggal pencoblosan pada 3 November 2020.
Sebelum membahas jalannya debat Donald Trump (Partai Republik) vs Joe Biden (Partai Demokrat), kita akan kilas balik untuk mengetahui arti penting perdebatan yang disiarkan TV ini.
DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN DI TV AMERIKA
Pertamakalinya debat Pemilihan Presiden AS disiarkan TV pada 60 tahun lalu, yaitu pada 26 September 1960. Inilah momen dimulainya debat Pilpres di AS melalui TV, yang lalu diadaptasi di sejumlah negara demokrasi, termasuk Indonesia.
Ternyata jalannya debat yang disiarkan TV ini berpengaruh cukup besar pada hasil pemilihan Presiden. Kontestannya adalah : Richard Nixon (Wakil Presiden, kandidat Partai Republik) vs John F Kennedy "JFK" (Senator, kandidat Partai Demokrat).
Pada awalnya pertarungan ini diibaratkan sebagai "David vs Goliath" karena JFK dianggap "anak bawang" (newbie dalam politIk) melawan Nixon yang dianggap "dedengkot" politik... bagai amatir vs profesional... pendatang baru vs politisi berpengalaman.
Kejutan besar, ternyata sang underdog yang menang... karena pesona JFK di TV. Posisinya sebagai Wakil Presiden "Incumbent" (petahana) tidak mampu memenangkan Nixon melawan JFK sang "Contender" (Penantang) yang mampu merebut simpati rakyat AS dalam penampilannya di televisi. JFK segera menjadi "media darling"...
KEJUTAN BESAR DONALD TRUMP
Empat tahun lalu, terjadi kejutan besar dalam sejarah Pemilihan Presiden AS. Pengusaha Donald Trump (kandidat Partai Republik) sang underdog mampu mempercundangi sang favorit Hillary Clinton (kandidat Partai Demokrat).
Tadinya ada "skenario impian": setelah Barrack Obama mampu menjadi Presiden kulit hitam pertama, sejarah akan kembali terukir dengan terpilihnya Wanita pertama sebagai Presiden AS, yaitu Hillary Clinton.
Ternyata "faktor X" Donald Trump mampu menghancurkan impian Partai Demokrat itu. Semula Trump adalah "outsider" di jajaran elite Partai Republik. Pencalonannya sebagai Capres pada 2016 dicibir banyak orang. Ternyata Trump bukan calon "kaleng-kaleng". Ia mengumpulkan orang-orang terbaik dalam tim kampanyanye, lalu satu persatu menumbangkan rival-rival capres Partai Republik.